Tentang KamiArtikel TerbaruUpdate Terakhir |
Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SOTeRI Beritakan Injil; Standar Alkitabiah Bagi Penginjil
Editorial:
Dear e-Reformed Netters, Selamat berjumpa lagi dalam kasih Kristus. Walaupun tugas penginjilan ditujukan bagi semua orang Kristen, tidak semua orang Kristen mengetahui adanya standar tertentu yang harus dipenuhi ketika kita menginjili. Kebanyakan kita mempelajari penginjilan hanya sekadar metode yang harus dipelajari. Padahal ada esensi penting yang harus diberitakan dan dikerjakan sehingga sebuah penginjilan bisa disebut penginjilan yang bertanggung jawab. Esensi penginjilan adalah perintah Alkitab yang seharusnya memiliki isi yang sama untuk semua orang Kristen di seluruh dunia. Apakah isi esensi penginjilan itu? Konferensi Internasional Bagi Penginjil Keliling, yang diselenggarakan oleh Lembaga Penginjilan Billy Graham di Amsterdam pada tahun 1983, telah melahirkan Lima Belas Pengukuhan penting tentang esensi penginjilan itu. Sebagai pemrakarsa konprensi ini, Billy Graham didaulat untuk memberikan uraian/penjelasan tentang Lima Belas Pengukuhan yang telah disampaikan dalam konferensi tersebut dalam sebuah buku, yang dalam terjemahan bahasa Indonesianya berjudul "Beritakan Injil: Standar Alkitabiah bagi Penginjil". Nah, saya anjurkan Anda membeli buku tersebut sehingga dapat membaca dengan jelas uraian yang disampaikan di dalamnya. Bagi Anda yang tidak dapat menikmati bukunya, saya ingin memberikan cuplikannya saja, khususnya prakata buku tersebut yang disampaikan oleh Billy Graham sendiri. Bagian prakata ini sangat penting untuk memahami latar belakang dan motivasi lahirnya Lima Belas Pengukuhan yang dideklarasikan dalam konferensi internasional bagi para penginjil ini. Untuk itu, silakan simak artikel berikut ini yang sebenarnya adalah prakata dari buku yang aslinya berjudul "A Biblical Standard for Evangelists." Untuk melengkapinya, saya tambahkan juga pokok penting dari Lima Belas Pengukuhan di bagian bawah artikel ini. Namun, saya minta maaf karena isinya hanyalah rumusannya saja dan tidak ada uraiannya. Untuk mendapatkan uraiannya, belilah bukunya. In Christ, Yulia Oeniyati < yulia(a t)in-christ.net > Artikel Terkait
Penulis:
Billy Graham
Edisi:
088/IV/2007
Tanggal:
01-10-2007
Isi:
Beritakan Injil; Standar Alkitabiah bagi PenginjilKonferensi Internasional bagi Penginjil Keliling -- Amsterdam `83 -- tidak hanya merupakan kejadian penting dalam kehidupan saya sebagai penginjil, tetapi juga merupakan konferensi yang bersejarah. Baru pertama kali dalam sejarah, konferensi semacam itu diselenggarakan. Pada puncak konferensi itu, terjadilah saat-saat yang khidmat, yaitu janji penyerahan diri. Rekan-rekan sepanggilan -- para penginjil dari berbagai benua -- termasuk saya, menyerahkan diri kembali untuk melayani Tuhan kita, Yesus Kristus. Dengan bersuara, kami mengucapkan kata-kata yang sangat berarti, yang kami sebut sebagai "Pengukuhan-Pengukuhan Amsterdam". Kelima Belas Pengukuhan itu memuat patokan alkitabiah bagi mereka yang dikhususkan Tuhan untuk "melakukan pekerjaan seorang penginjil". Lebih daripada itu, Kelima Belas Pengukuhan tersebut juga ada hubungannya dengan seluruh keluarga besar Allah. Bukankah kita semua dipanggil untuk menjadi saksi-saksi-Nya? Oleh karena itulah buku ini, yang berisi ulasan tentang Kelima Belas Pengukuhan tersebut, ditulis untuk menjangkau kalangan yang lebih luas. Perkenankan saya mengenang sejenak. Bertahun-tahun yang lalu, Tuhan memberi visi kepada saya untuk menghimpun penginjil-penginjil dari berbagai penjuru dunia dalam sebuah konferensi. Pada waktu itu, hal tersebut tampaknya tidak mungkin terjadi. Saya masih terlalu muda. Penginjil-penginjil yang lebih tua dan yang lebih berpengalaman daripada saya mungkin saja tidak menyukai prakarsa saya itu. Namun, gagasan itu tidak pernah memudar. Saya tidak pernah meragukan bahwa pada suatu hari, konferensi itu akan terlaksana. Hanya saja, saya harus peka terhadap "waktu" Tuhan, kapan Ia menghendaki konferensi itu diselenggarakan. Kalau kami mengenang kembali, kami dapat merasakan bimbingan-Nya langkah demi langkah sampai konferensi tersebut terselenggara. Sementara itu, Lembaga Penginjilan Billy Graham sering mengadakan dan membiayai berbagai kegiatan serupa lainnya. Kongres Pekabaran Injil se-Dunia diadakan di Berlin pada tahun 1966. Setelah itu, berbagai konferensi regional, termasuk konferensi untuk para pemimpin injili se-Asia diadakan di Singapura pada tahun 1968. Konferensi Pekabaran Injil se-Eropa diadakan pada tahun 1971. Setelah itu, kami menyelenggarakan konferensi sedunia lagi di Laussane, Swis, pada tahun 1974. Walaupun semua konferensi itu diorganisasikan dan dibiayai oleh Lembaga Penginjilan Billy Graham, dan sebagian besar tanggung jawab jatuh di bahu saya, sebagai ketua kehormatan, saya mengangkat ketua- ketua rapat dan ketua-ketua panitia sebagai orang-orang yang bertanggung jawab atas kelangsungan konferensi itu. Pertemuan-pertemuan itu menghimpun para teolog, para pakar pendidikan, ketua-ketua badan zending, pendeta-pendeta, pemimpin-pemimpin gereja dan para penginjil, sangat mengesankan dan bermanfaat. Kalau kami tinjau kembali, rupanya mereka telah menjadi peletak dasar terwujudnya Konferensi Amsterdam `83. Namun, dalam benak dan hati saya, selalu terbayang visi konferensi khusus bagi para penginjil. Masalahnya: Bagaimana kita dapat membedakan antara pendeta yang mempunyai karunia sebagai penginjil, dengan orang yang seperti saya, berkeliling mewartakan Injil dari satu tempat ke tempat yang lain? Kami berpendapat kata "keliling" ini telah memperjelas perbedaannya. Anehnya, waktu kami membicarakan kemungkinan dilaksanakannya konferensi itu, ternyata hanya sedikit orang saja yang mempunyai visi yang sama. Namun, sementara waktu berjalan, kami heran bahwa ada antusias yang kian meningkat selagi publikasi tentang konferensi itu beredar. Pada masa itu, anggaran yang kami perkirakan tidak lebih dari sejuta dolar. Kami tidak pernah menduga bahwa anggaran yang diperlukan dapat melonjak sampai delapan juta dolar! Pada waktu itu, kami juga tidak dapat memperkirakan berapa banyak penginjil yang akan turut berperan serta, dan dari mana saja mereka akan berdatangan. Kendati biayanya sampai mencapai delapan juta dolar, saya yakin setiap dolar yang dikeluarkan tidaklah sia-sia. Bagaimana Tuhan menyediakan dana -- hal itu menakjubkan sekali. Orang-orang dari seluruh dunia mengirim sumbangan. Sementara masa persiapan terus bergerak maju, orang-orang Kristen di berbagai negara terus berdoa. Tuhan mengabulkan doa-doa mereka -- lebih dari apa yang kami harapkan. Di mana konferensi akan diselenggarakan? Maka Amsterdamlah yang terpilih menjadi tuan tamu. Bangsa Belanda dikenal sebagai orang-orang yang suka menerima tamu. Dan, kami mengetahui bahwa tidak ada kesulitan untuk mendapatkan visa bagi para peserta dari berbagai negara. Ada fasilitas istimewa yang membuat Amsterdam menjadi salah satu tempat konferensi yang terbaik di dunia -- sanggup menyediakan seratus delapan puluh tempat lokakarya (dengan banyak ruang cadangan). Maskapai Penerbangan Belanda, KLM, berjanji untuk membantu, tidak saja dalam hal transportasi, tetapi juga mau menyediakan makanan bagi setiap peserta selama konferensi berlangsung. Mereka menepati janji dengan memberi makan lima ribu orang secara serentak dalam waktu kurang dari lima puluh menit. Tuhan menyediakan beberapa orang untuk menjabat sebagai pemimpin. Walter H. Smyth, yang bertugas menangani urusan internasional. Orang yang diangkat menjadi direktur adalah teman lama saya. Dia juga teman sejawat saya dan menjabat sebagai ketua dari pelayanan organisasi kami di Jerman, yaitu Werner Burklin. Ia membawa timnya yang terdiri dari orang-orang yang melayani tanpa pamrih. Leighton Ford diminta menjadi ketua rapat. Campus Crusade for Christ mengutus Paul Eshleman untuk melayani sebagai ketua acara. Saya ingat, pada suatu rapat panitia, Paul mengutarakan garis besar dari visinya; ia meluaskan pikiran saya seribu kali lipat tentang kemungkinan-kemungkinan jangka panjang yang dapat lahir dari konferensi itu. Bob William, dari staf kami, diminta untuk memimpin bagian penyeleksian para peserta. Mula-mula kami mengira hanya ada beberapa ratus Penginjil Keliling saja yang akan hadir. Kami tidak mengira bahwa ada begitu banyak Penginjil Keliling di dunia ini. Selama beberapa tahun, kami mengumpulkan nama-nama Penginjil Keliling. Itu merupakan pekerjaan yang belum pernah kami lakukan. Besarnya jumlah penginjil melebihi perkiraan kami. Formulir-formulir pendaftaran peserta terus mengalir masuk, melebihi jumlah kursi yang tersedia. Sekitar dua ratus panitia di seluruh dunia membantu untuk menyeleksi pesertanya. Kami memerhatikan secara khusus agar para penginjil yang tidak terkenal namanya, yang setia melayani di bagian bumi yang paling jauh dari kami, jangan sampai terlewat. Saya tidak dapat melupakan hari pembukaan konferensi itu. Hari itu adalah hari yang terpanas di Amsterdam. Ruangan konferensi bagaikan sebuah oven raksasa. Dengan mengenakan jas biru, seratus lima puluh penerima tamu dari universitas Kristen dan berbagai organisasi Kristen mengantar sekitar empat ribu hadirin (ditambah dengan seribu orang lainnya yang terdiri dari para pemantau, tamu, wartawan, dll.) ke tempat duduk mereka masing-masing. Sementara saya menatap lautan manusia itu dari panggung, hati saya penuh dengan rasa terima kasih kepada Tuhan. Visi yang Ia berikan kepada saya bertahun-tahun yang lalu telah digenapi pada waktu-Nya yang tepat. Dalam upacara pembukaan diadakan pawai dengan membawa bendera dari seratus tiga puluh tiga negara yang diwakilinya. Di hadapan saya terhimpun penginjil-penginjil yang menjadi bagian dari pasukan Allah. Mereka adalah orang-orang yang bertekad melaksanakan Amanat Agung Yesus Kristus. Dari wajah mereka dan dari sinar mata mereka tercermin bahwa mereka datang dengan penuh antusias. Banyak di antara mereka ada yang baru pertama kali bepergian keluar dari negara mereka, bahkan ada yang baru kali itu bepergian keluar dari provinsinya! Sebagian, ada yang baru pertama kali menumpang pesawat udara. Kedatangan mereka di Amsterdam merupakan pengalaman yang istimewa. Segala sesuatunya baru. Melalui pantulan sinar mata mereka, tercerminlah sekilas pandangan baru tentang dunia ini. Kesungguhan mereka dalam menyimak apa yang kami sampaikan merupakan tanda betapa dalamnya pengabdian mereka. Di dalam buku karangan Dave Foster mengenai konferensi itu yang berjudul Billy Graham, A Vision Imparted, ia menggambarkan saat-saat saya mengakhiri sidang pembukaan itu: "Pada waktu ia mengakhiri kata-kata pembukaannya dan memimpin doa pengabdian dan penyerahan diri, konferensi itu seakan-akan `tersulut api`. Di situ dapat dirasakan sudah terjadi pembaharuan rohani dalam hati para peserta. Hal itu nampak jelas dari ungkapan hati mereka waktu menyanyikan lagu penutup yang berbunyi: "Tuhanku Allahku -- penuh kasih karunia, Tolonglah hamba mewartakan, Memberitakan ke seluruh penjuru bumi, Kemuliaan nama-Mu. "Ketika Walter Smyth turun dari panggung, ... ia berkata bahwa kehadiran Roh Kudus dan persatuan di dalam kasih Kristus sudah terasa. Suasana dipenuhi puji-pujian dan penyembahan kepada Tuhan. Konferensi ini tampaknya dimulai dengan suasana yang pada umumnya terjadi pada penutupan suatu konferensi." Sahabat karib saya, yang juga teman sejawat saya, Cliff Barrows, adalah seorang yang sangat besar peran sertanya dalam konferensi tersebut sehingga tercipta suasana yang seperti itu. Dialah yang bertugas mengurus panggung selama konferensi berlangsung. Sepanjang masa pelayanan saya, saya belum pernah menemukan orang lain yang dapat lebih baik melakukan pekerjaan semacam itu daripada dia. Acara musik yang dipimpinnya di Amsterdam betul-betul mengagumkan. Lagu-lagu rohani yang telah dipilihnya dengan baik, berikut refrein-refreinnya sangat berkaitan dengan peristiwa besar itu. Setiap kali saya mendengar atau menyanyi lagu "Emmanuel, God with us" atau "Freely, freely, you have received ...", saya pasti terkenang akan konferensi di Amsterdam. Konferensi itu lebih daripada sekadar kesempatan istimewa untuk bersekutu dan berbakti bersama para penginjil -- rekan-rekan sepanggilan. Konferensi itu merupakan kesempatan untuk berpikir dengan sungguh-sungguh mengenai strategi penginjilan, kesempatan untuk berdoa bagi terlaksananya Amanat Agung. Umpamanya, banyak gagasan berbobot telah terkumpul untuk menerbitkan sebuah buku penuntun bagi para Penginjil Keliling di seluruh dunia. Banyak sekali penginjil yang berminat akan hal itu. Dr. Lewis Drummond, seorang profesor bidang penginjilan di Southern Baptist Theological Seminary, Louisville, Kentucky, yang diberi tanggung jawab untuk menyusun buku penuntun itu berkata, "Saya mengira, saya datang di Amsterdam ini untuk bekerja sama dengan tidak lebih dari dua puluh profesor dari bidang penginjilan yang akan menyiapkan buku penuntun tersebut. Saya tidak mengira sama sekali bahwa begitu banyak penginjil yang berminat untuk menyusun kurikulum Penginjil Keliling." Kalau begitu, bagaimanapun juga, Amsterdam `83 akan tetap merupakan sarana yang melahirkan banyak cara untuk melaksanakan PI yang berkesinambungan. Lagi pula, Amsterdam `83 juga merupakan motor penggerak bagi kegiatan penginjilan selama konferensi itu berlangsung. Supaya mereka mempraktikkan penginjilan berdasarkan berbagai ketentuan yang alkitabiah, para penginjil yang datang ke Amsterdam mengkhususkan suatu sore untuk bersaksi di jalan-jalan, di pantai Laut Utara Negeri Belanda, di taman-taman, dan di mana saja mereka dapat menjumpai orang-orang. Saya ingin sekali turut mengambil bagian dalam kegiatan bersaksi sore itu, tetapi ada masalah. Setiap kali media massa memublikasikan kehadiran saya di suatu tempat, tidak mungkin saya dapat berjalan dengan bebas karena mereka semua mengenali saya. Maka dari itu, sebelum saya pergi dengan rekan saya, T.W. Wilson, ke taman yang ada banyak orang, saya mengenakan celana jins yang sudah usang, topi, dan kaca mata hitam. Saya membagi-bagikan traktat "Empat Langkah Menuju Perdamaian dengan Allah", dan saya mencoba bersaksi. Tanggapan yang saya terima tidak begitu menggembirakan. Rasanya saya tidak mencapai sasaran! Pada waktu itu saya melihat sekelompok kecil orang Kristen Afrika dari Pantai Gading. Mereka sedang bersaksi kepada seorang mahasiswa Belanda. Pada mulanya mahasiswa itu kelihatan hendak mengelak. Akan tetapi, orang-orang Afrika itu begitu ramah dan manis budi sehingga mahasiswa itu tidak jadi menghindar! Mereka membuka Alkitab dan menunjukkan beberapa ayat kepadanya. Saya bergabung dengan mereka dan duduk mendengarkan. Saya belum pernah mendengar kesaksian yang semantap itu! Di Amsterdam, Tuhan membuka kemungkinan bagi kami untuk saling belajar. Satu hal yang saya pelajari dari orang-orang yang kami jangkau ialah mereka lebih tertarik kepada Pribadi Yesus Kristus daripada kepada agama atau organisasi Kristen atau gereja. Pribadi Kristuslah yang menarik perhatian mereka. Ketika kami sedang berusaha menentukan siapa yang hendak kami undang ke Amsterdam, kami terlebih dahulu harus membuat ketentuan dengan membahas pertanyaan dasar, "Seorang penginjil itu apa?" Memang kita mengetahui bahwa setiap orang Kristen adalah seorang saksi Kristus. Akan tetapi, kita juga menyadari bahwa Tuhan memanggil orang-orang tertentu untuk melaksanakan pelayanan khusus, yaitu pelayanan penginjilan. Penginjil adalah orang yang diberi karunia khusus dari Roh Kudus untuk memberitakan Kabar Baik. Metode-metode yang dipakai akan berbeda-beda. Hal itu bergantung pada kesempatan dan panggilan yang dimiliki setiap penginjil. Namun, ada satu hal pokok yang sama: seorang penginjil dipanggil dan diperlengkapi secara khusus oleh Tuhan untuk memberitakan Injil kepada orang-orang yang belum percaya kepada Kristus. Tujuannya agar mereka berpaling kepada Kristus, bertobat dari dosa-dosa mereka, serta beriman kepada-Nya. Dalam Perjanjian Baru, kata "pemberita Injil" dalam bahasa Yunani berarti "seseorang yang memberitakan kabar baik". Bentuk kata kerja yang berarti "memberitakan kabar baik" itu muncul lebih dari lima puluh kali. Kata benda "pemberita Injil" yang dipakai untuk menyebutkan seseorang yang membawa kabar baik, agaknya merupakan kata yang jarang dipakai pada zaman dahulu, kendati kata itu dipakai sebanyak tiga kali dalam Perjanjian Baru. Marilah kita tinjau sejenak ketiga ayat itu, agar kita dapat memahami apa yang dimaksudkan Alkitab dengan kata "pemberita Injil". Acuan yang paling umum bagi kata "pemberita Injil" dapat kita temukan dalam Efesus 4:11. Dalam ayat itu, Rasul Paulus menyatakan bahwa Tuhanlah yang "memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik pemberita-pemberita Injil maupun gembala gembala dan pengajar-pengajar". Karunia dan jabatan penginjil yang terdapat dalam Perjanjian Baru ini tidak pernah dicabut dari gereja. Itu bukan saja merupakan pelayanan yang penting, tetapi juga merupakan pelayanan yang Tuhan berikan untuk dipakai -- seperti halnya dengan karunia-karunia lainnya -- "bagi pembangunan tubuh Kristus" (Efesus 4:12). Tragis sekali, ada kalanya gereja tidak lagi menyadari pentingnya pelayanan seorang penginjil. Lebih buruk lagi, kadang-kadang para penginjil itu sendiri menambah runyam persoalan karena mereka gagal untuk bekerja sama sepenuhnya dengan gereja-gereja. Bagaimanapun juga, tentu salah satu kebutuhan utama gereja masa kini ialah menemukan kembali pentingnya penginjilan; gereja juga perlu mempunyai keyakinan kembali tentang perlu adanya seorang penginjil. Berikut ini adalah kutipan perkataan mantan Uskup Besar Anglikan di Sidney, Sir Marcus Loane yang memberi ceramah di Amsterdam. "Mudah sekali kita mengira bahwa zaman penginjilan ... telah berakhir. Dugaan itu menimbulkan wabah yang menjangkiti gereja yang visi penginjilannya sudah kabur .... Bilamana visi penginjilan dan usaha penjangkauan itu mandek, gereja akan menghadapi masalah serius: Para anggotanya terdiri dari orang-orang Kristen KTP saja. Masalah itu timbul dari dalam; gereja menjadi suam-suam kuku." Dua ayat lainnya dalam Perjanjian Baru mengacu kepada orang-orang yang secara khusus melayani bidang penginjilan. Dalam Kis. 21:8, Filipus disebut "pemberita Injil". Dalam 2 Timotius 4:5 Rasul Paulus berkata kepada Timotius, "Lakukanlah pekerjaan pemberita Injil" (2 Timotius 4:5). Kami mengangkat nasihat itu menjadi tema Amsterdam`83. Pekerjaan seorang penginjil dengan jelas digambarkan oleh Filipus dan Timotius. Menurut Kis. 8:12, kita mengetahui bahwa "Filipus ... memberitakan Injil tentang Kerajaan Allah dan tentang nama Yesus Kristus, ... " Dalam Konferensi Amsterdam, Dr. Stephen F. Olford menyoroti tiga ciri Filipus -- ciri-ciri itu harus ada pada tiap penginjil. Pertama, Filipus adalah seorang pelayan Tuhan di gereja, dan penginjilan harus selalu ditanamkan sebanyak mungkin di dalam gereja. Kedua, Filipus juga seorang pengkhotbah di dunia; ia beranjak dari tempat yang satu ke tempat yang lain, menemui orang- orang yang belum mendengar Injil atau yang belum mengenal Kristus. Ketiga, Filipus tidak mengabaikan tanggung jawab atas keluarganya. Ia mempunyai empat anak perempuan yang dikenal sebagai orang-orang yang memiliki karunia Roh; dan mereka adalah pelayan Tuhan. Begitu pula dengan Timotius. Rasul Paulus menulis tentang Timotius sebagai berikut, "Ia seorang pelayan Allah yang bekerja bersama kami untuk memberitakan Kabar Baik tentang Kristus" (1 Tesalonika 3:2, BIS). Itulah yang dinamakan penginjilan, "memberitakan Kabar Baik tentang Kristus". Penginjilan itu lebih daripada sekadar metode; penginjilan adalah sebuah BERITA. Berita tentang kasih Allah, tentang dosa manusia, tentang kematian Kristus, tentang penguburan-Nya, dan kebangkitan-Nya. Penginjilan adalah berita tentang pengampunan dosa dari Allah. Penginjilan adalah berita yang menuntut suatu tanggapan -- menerima Injil itu dengan iman, lalu menjadi murid Yesus. Istilah "penginjilan" mencakup segala usaha untuk memberitakan Kabar Baik tentang Yesus Kristus. Tujuannya ialah supaya orang-orang mengerti bahwa Allah menawarkan keselamatan dan supaya mereka menerima keselamatan itu dengan iman, lalu hidup sebagai murid Yesus. Seperti yang ditetapkan dalam Perjanjian Lausanne, "Menginjili ialah memberitakan Kabar Baik bahwa Yesus Kristus mati bagi dosa-dosa kita, dan Ia sudah dibangkitkan dari antara orang mati, menurut Kitab Suci. Yesus Kristus adalah Tuhan yang memerintah, Ia sekarang menawarkan pengampunan dosa dan mengaruniakan Roh Kudus kepada semua orang yang bertobat dan yang percaya. ... Penginjilan itu sendiri ialah pemberitaan bahwa Kristus yang dikenal dalam sejarah dan dari Kitab Suci adalah Juru Selamat dan Tuhan. Ada pun tujuan pemberitaan itu ialah supaya orang-orang mau datang kepada-Nya secara pribadi dan dengan demikian mereka diperdamaikan dengan Allah. Waktu kita mengundang agar orang mau menerima Kristus, kita tidak boleh menyembunyikan hal-hal yang seharusnya dilakukan oleh seorang murid Yesus . ... Hasil dari penginjilan mencakup hidup patuh kepada Kristus, menggabungkan diri dengan gereja-Nya, dan melayani Tuhan dengan penuh tanggung jawab di dunia ini." [Butir ke-4, dalam Perjanjian Lausanne, (c)1974 World Wide Publication, Minneapolis, Minnesota] Semangat dan pengabdian dalam bidang penginjilan merupakan ciri khas orang-orang Kristen abad pertama. Itu seharusnya juga tercermin dalam kehidupan gereja masa kini. Pekerjaan menginjil tetap tidak berubah. Kebutuhan rohani umat manusia tetap tidak berubah. Berita penginjilan tetap tidak berubah. Dan, karunia Allah kepada gereja-Nya -- termasuk karunia seorang penginjil -- tetap tidak berubah. Amsterdam `83 memberi kesan yang berbeda-beda kepada setiap peserta yang hadir. Bagi sebagian peserta, mungkin hal yang sangat mengesankan tentang Konferensi Amsterdam`83 itu ialah adanya penegasan tentang peranan seorang penginjil. Bagi peserta lainnya, mungkin saja yang sangat mengesankan adalah saat-saat mengabdikan diri kembali kepada pelayanan pemberitaan Injil yang diwarnai dengan suasana khusyuk dan khidmat. Akan tetapi, apa pun yang menjadi kesan dalam diri setiap peserta, saya yakin bahwa setelah tiap peserta pulang dan meresapi betapa pentingnya pelayanan memberitakan Injil, dan betapa besarnya kuasa Allah yang bekerja untuk mencapai tujuan-Nya, mereka pasti akan mengalami perubahan. Sebagai tanda pengenal dan menyangkut keamanan, peserta konferensi diberi gelang plastik. Gelang plastik itu dipakai siang-malam selama konferensi itu berlangsung, dan tidak dapat dilepaskan tanpa memotongnya. Peserta diminta untuk tetap memakai gelang plastik itu sampai mereka meninggalkan Amsterdam. Cukup menarik. Sebagian penginjil merasa bahwa gelang plastik yang sederhana itu mempunyai arti lebih daripada sekadar tanda pengenal. Walau konferensi sudah lama berlalu, banyak di antara mereka masih memakai gelang plastik itu untuk mengingat kembali janji mereka yang diteguhkan di hadapan Tuhan, di Amsterdam, khususnya ketika mereka menyuarakan Kelima Belas Pengukuhan. Buku ini ditulis untuk memberi ulasan tentang pengukuhan- pengukuhan tersebut. Beberapa penginjil masih memakai gelang plastik itu sampai saat ini, misalnya di Afrika, Asia, Amerika Latin, dan di berbagai belahan bumi ini! Sementara membuat persiapan Amsterdam `83, banyak orang dari berbagai negara menanyakan, apakah akan ada semacam "Keputusan Bersama" yang akan dikeluarkan oleh konferensi itu, seperti halnya Perjanjian Lausanne. Perjanjian itu adalah hasil dari Konferensi Lausanne pada tahun 1974 yang membahas tema pekabaran Injil sedunia. Setelah dipertimbangkan dengan saksama, diputuskan bahwa Amsterdam`83 tidak akan mengeluarkan keputusan bersama yang meringkaskan hasil dari konferensi karena tujuan utama Konferensi Amsterdam ialah berkenaan dengan hal-hal praktis, yaitu pelaksanaan PI. Bersamaan dengan itu, banyak penginjil dari latar belakang yang lain mengutarakan harapannya agar patokan-patokan bagi para penginjil dapat disusun. Akhirnya, panitia internasional yang sudah diseleksi, yang diketuai oleh Dr. Kenneth Kantzer, ditunjuk untuk menyusunnya. Mereka bekerja keras selama konferensi berlangsung. Naskah kasar mereka disampaikan kepada kelompok yang mewakili para penginjil dari berbagai penjuru dunia; mereka memberi banyak usulan yang berharga kepada panitia internasional itu. Naskah akhir mereka -- Pengukuhan- Pengukuhan Amsterdam -- disusun dengan singkat dan saksama, merangkum dasar-dasar alkitabiah, pekerjaan serta integritas seorang penginjil. Pada upacara penutupan, peserta konferensi serentak menyuarakan janji mereka terhadap setiap pengukuhan itu yang berjumlah lima belas butir. Disarankan, agar saya menulis ulasan yang bersifat interpretatif tentang Kelima Belas Pengukuhan Amsterdam. Saya menyetujui. Agar saya dapat melakukan hal itu, saya menghubungi teman-teman saya, John Akers, Art Johnston, Dave Foster, dan Stephen F. Olford. Dalam menyiapkan khotbah, menulis artikel dan menyusun buku, saya sering bergantung pada pertolongan tim saya dan sahabat-sahabat saya itu. Saya sangat berterima kasih atas kesediaan mereka menolong dan memberi anjuran sementara saya menyelesaikan pekerjaan ini. Doa saya ialah supaya Tuhan tidak hanya memakai buku ulasan tentang Kelima Belas Pengukuhan Amsterdam ini untuk menolong para Penginjil Keliling, tetapi juga untuk menolong banyak orang Kristen lainnya agar mereka mendapat visi yang lebih luas lagi tentang pekerjaan Tuhan di dunia ini. Allah telah menempatkan kita pada zaman yang unik ini dan yang mendesak waktunya bagi penginjilan. Ladang-ladang sudah "menguning dan siap untuk dituai". Memang sebagian orang dipilih khusus untuk menjadi penginjil, tetapi bukankah semua umat Allah adalah saksi-saksi-Nya. Oleh karena itu, saya berharap agar daya jangkau buku ini melebihi mereka yang hadir dalam Konferensi Amsterdam '83, dan supaya mereka melaksanakan apa yang tertuang dalam Pengukuhan-Pengukuhan itu. Saya berharap, kita akan melihat adanya pembaharuan pengabdian dan semangat penginjilan dalam diri setiap anak Tuhan dalam generasi ini. 15 PENGUKUHAN AMSTERDAM `83 PENGUKUHAN I Kita mengakui, Yesus Kristus itu Allah, Tuhan, dan Juru Selamat kita, yang dinyatakan di dalam Alkitab -- firman Allah yang sempurna, tanpa kesalahan. PENGUKUHAN II Kita bersama-sama mengukuhkan komitmen kita terhadap Amanat Agung dari Tuhan kita, dan menyatakan bersedia untuk pergi ke mana saja, melakukan apa saja, dan mengorbankan apa saja yang Tuhan kehendaki demi terpenuhinya Amanat itu. PENGUKUHAN III Kita bersama-sama menyambut panggilan Allah untuk melaksanakan penginjilan yang alkitabiah, dan menerima tanggung jawab untuk memberitakan firman Allah kepada semua orang, sesuai dengan kesempatan yang Allah berikan. PENGUKUHAN IV Allah mengasihi setiap orang. Orang yang tidak beriman kepada Kristus, berada di bawah hukuman Allah, dan dengan sendirinya akan masuk neraka. PENGUKUHAN V Inti pesan alkitabiah ialah Kabar Baik tentang keselamatan yang dari Allah: keselamatan itu diterima karena kasih karunia semata-mata melalui iman dalam Tuhan Yesus Kristus yang sudah bangkit; keselamatan itu diterima melalui iman pada kematian-Nya di kayu salib, yang menebus dosa-dosa kita. PENGUKUHAN VI Dalam memberitakan Injil, kita menyadari pentingnya memanggil semua orang supaya mereka mengambil keputusan untuk mengikut Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat mereka; kita harus melakukan dengan kasih, tanpa memaksa atau membujuk. PENGUKUHAN VII Kita perlu dan rindu dipenuhi serta dikuasai oleh Roh Kudus sementara kita membawakan kesaksian tentang Injil Yesus Kristus karena hanya Tuhan sajalah yang dapat membuat orang-orang berdosa bertobat dan memeroleh kehidupan yang kekal. PENGUKUHAN VIII Kita mengakui kewajiban kita sebagai hamba-hamba Tuhan: kita harus hidup suci, dan bermoral bersih karena kita tahu bahwa kita adalah saksi-saksi Kristus kepada jemaat dan kepada dunia ini. PENGUKUHAN IX Kesetiaan dalam doa dan pemahaman Alkitab itu diperlukan bagi pertumbuhan rohani kita pribadi dan bagi kekuatan kita dalam pelayanan. PENGUKUHAN X Kita akan menjadi abdi yang setia dalam segala pekerjaan yang Allah berikan kepada kita. Kita akan bertanggung jawab dalam bidang keuangan yang dipercayakan bagi pelayanan kita, dan dengan jujur memberi laporan data pelayanan kita. PENGUKUHAN XI Keluarga adalah suatu tanggung jawab yang Allah berikan kepada kita, dan merupakan pemberian Allah yang dipercayakan-Nya kepada kita; oleh karena itu kita harus setia kepada panggilan untuk melayani sesama. PENGUKUHAN XII Kita bertanggung jawab kepada gereja, dan akan selalu gigih melaksanakan pelayanan, membangun gereja setempat, dan melayani umat Kristen pada umumnya. PENGUKUHAN XIII Kita bertanggung jawab untuk memelihara kerohanian orang-orang yang menerima Yesus melalui pelayanan kita; kita bertanggung jawab untuk menganjurkan, agar mereka menggabungkan diri dengan gereja setempat; kita juga harus mendorong gereja agar mereka dapat membimbing para petobat itu dan memberi petunjuk bagaimana bersaksi tentang Injil. PENGUKUHAN XIV Kita sehati dengan Kristus yang sangat memedulikan penderitaan manusia secara pribadi maupun penderitaan seluruh umat manusia; sebagai orang Kristen dan sebagai penginjil, kita menerima tanggung jawab untuk sedapat mungkin mengurangi penderitaan manusia dengan berusaha untuk mencukupi kebutuhan mereka. PENGUKUHAN XV Kita memohon agar seluruh Tubuh Kristus sehati di dalam doa dan bekerja untuk perdamaian di dunia ini, untuk membangun kehidupan rohani, untuk memperbaharui pengabdian dan mengutamakan Alkitab dalam penginjilan di gereja, untuk memelihara kesatuan dan persatuan orang-orang percaya di dalam Kristus, dan untuk melaksanakan Amanat Agung, sampai Kristus datang kembali. Audio: Beritakan Injil; Standar Alkitabiah Bagi Penginjil Dikutip dari:
Komentar |
Kunjungi Situs Natalhttps://natal.sabda.org Publikasi e-Reformed |