Tentang KamiArtikel TerbaruUpdate Terakhir |
Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SOTeRI Tempat Apakah Salib Itu?Penulis_artikel:
STEMI
Tanggal_artikel:
16 Maret 2016
Isi_artikel:
1. Salib adalah tempat di mana orang tidak dapat membela diri. Pada saat Yesus Kristus digantung di salib, Dia tidak pernah mengucapkan sepatah kata pun untuk membela diri. Yesus Kristus selama di dalam dunia telah mengucapkan banyak perkataan yang membangun orang lain. Perkataan-perkataan-Nya menunjukan pengharapan dan jalan. Namun, ketika Kristus berada di atas salib justru Dia tidak mengucapkan sepatah kata pun untuk membela diri. 2. Salib adalah tempat di mana tidak ada terang. Yesus adalah Terang Dunia. Akan tetapi, di atas salib, kegelapan dunia justru menutup dirinya. 3. Salib adalah tempat di mana tidak ada kasih. Kristus menyatakan kasih Allah. Akan tetapi, kasih Allah justru meninggalkan Dia sehingga Kristus harus berteriak, "Allahku! Allah! Mengapa Engkau meninggalkan Aku?" (Matius 27:46). Setiap helai rumput dan batang pohon menyaksikan kasih Allah. Hanya saliblah tempat di mana sama sekali tidak ada kasih. Salib adalah ruang hampa kasih. Tidak ada kasih Allah. Juga tidak ada kasih manusia. Murid-murid sekali pun yang mengasihi Yesus dan berada di sekeliling-Nya, kasih mereka tetap tidak dapat Yesus terima karena Dia harus terlebih dahulu menanggung dosa mereka. 4. Salib adalah tempat di mana tidak ada mukjizat. Alkitab memberitahu kita bahwa Tuhan Yesus pernah melakukan tiga puluh lima kali mukjizat. Namun, tidak satu mukjizat pun yang dilakukan demi kepentingan-Nya sendiri. Tidak ada satu mukjizat pun yang dilakukan-Nya yang bukan demi kemuliaan Allah. Bahkan, di atas kayu salib, saat di mana Kritus paling perlu untuk melakukan mukjizat, Dia juga rela melepaskan hak-Nya untuk melakukan mukjizat. Kristus melepaskan kesempatan untuk membela diri. 5. Salib adalah tempat di mana belas kasihan tidak dapat diterima.
Pada saat Yesus memikul salib dari Yerusalem menuju ke atas Golgota, ada beberapa wanita yang sangat tergerak hatinya. Mereka ingin melihat guru yang paling mereka kasihi sedang memikul salib yang begitu berat. Alkitab mencatat bahwa mereka menangis dan mengalirkan air mata karena hal itu. Adakah Yesus Kristus menerima belas kasihan mereka? Tidak. Tuhan Yesus berkata pada mereka, "Janganlah kamu menangisi Aku. Tetapi tangisilah"(Lukas) 23:28. Salib adalah suatu tempat yang tidak menerima belas kasihan. Kita tidak perlu berbelas kasihan kepada Yesus. Dialah yang berebelas kasihan kepada kita. Jika Tuhan Yesus tidak dipaku di atas kayu salib, bagaimana mungkin dosa kita dapat diampuni? Bagaimana mungkin tuntutan hati nurani dapat disingkirkan? Bagaimana catatan dosa kita dapat diselesaikan? 6. Salib adalah tempat di mana tidak ada perlindungan. Ketika Yesus Kristus berada di dalam taman Getsemani, Dia berdoa berkata, "Ya Bapa-Ku! Jikalau sekiranyan mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku" (Matius 26:39). Cawan pahit ini adalah cawan yang memisahkan Dia dengan Allah Bapa. Hal ini adalah sebuah rahasia yang sangat besar. Sebuah paradoks sangat besar yang terjadi dalam sekejap. Selanjutnya Yesus Kristus berkata, "Tetapi janganlah seperti yang kukehendaki. Melainkan jadilah seperti yang Engkau kehendaki" Tidak lama kemudian Yudas membawa sekelompok orang. Mereka membawa pedang, pentung, dan obor api masuk ke tempat dimana Yesus berdoa di taman Getsemani. Petrus menjadi sangat marah. Ia mencabut pedangnya kepada kelompok orang itu. Lalu, Petrus memotong telinga dari hamba Imam besar. Akan tetapi, Tuhan Yesus bukan hanya tidak mendukung dia untuk terus membunuh. Yesus Kristus bahkan menyalahkan dia dan berkata, "Simon! Masukan pedang itu kembali ke dalam sarungnya. Sebab barangsiapa menggunakan pedang, dia akan binasa oleh pedang." (Matius 26:52). Di sini nyata bagaimana Yesus Kristus menolak perlindungan yang berasal dari manusia. 7. Salib adalah tempat di mana tidak ada naik banding. Pada saat Tuhan Yesus ditangkap, Dia bertanya pada orang-orang yang datang menangkap Dia, katanya, "Siapakah yang kalian cari?" Jawab mereka, "Yesus dari Nazaret." Kata-Nya kepada mereka, "Akulah Dia." (Yohanes 18:4-5). Suara-Nya tenang dan lembut. Orang-orang itu sangat terkejut. Mereka tidak mengerti mengapa pada saat ada bahaya besar di depan mata, Yesus Kristus masih dapat sedemikian tenang. Mereka ketakutan hingga bergerak mundur. Tuhan Yesus jelas dapat meminta pertolongan dari Allah supaya tanah bergoncang hingga pecah terbuka supaya orang-orang itu jatuh terperosok ke bawah. Atau, seperti perkataan Tuhan Yesus yang lain, "Kau sangka bahwa Aku tidak dapat berseru kepada Bapaku supaya Ia segera mengirim lebih dari dua belas pasukan malaikat untuk membantu Aku?" (Matius 26:53). Akan tetapi, Tuhan Yesus tidak berbuat demikian karena salib adalah tempat di mana orang tidak dapat menerima naik banding. 8. Salib adalah tempat di mana orang tidak dapat menerima hasutan. Orang-orang sekeliling Yesus Kristus yang sedang dipaku di atas kayu salib berkata kepada-Nya, "Jikalau Engkau Anak Allah, turunlah dari salib itu!" (Matius 27:40). "Engkau menolong orang lain tetapi Engkau tidak dapat menolong diri sendiri. Engkau menyembuhkan orang lain tetapi dirimu sendiri justru digantung di atas kayu salib. Engkau mengatakan bahwa Engkau adalah Anak Allah. Bagaimana mungkin kami dapat percaya? Hahaha!" Mereka meludahi wajah-Nya. Menertawakan Dia. Mengejek Dia. Namun Yesus Kristus tak membalas sepatah kata pun. Dia tahu tujuan kedatangan-Nya ke dalam dunia ini. Dunia ini penuh dengan dosa, ketamakan, niat yang jahat, iri hati. Yudas menjual Tuhan karena hati yang tamak. Orang Farisi memaku Tuhan hanya karena hati yang iri. Kita juga orang berdosa yang membuat yang menyebabkan Yesus dipaku di atas kayu salib. Anak Allah datang ke dunia hanya karena dosa kita. Jika kita dipaku di atas kayu salib, setelah mendengar kata-kata hasutan seperti itu, pastilah di dalam hati kita penuh dengan kemarahan. Kita ingin cepat-cepat turun untuk membuktikan diri kita. Jika Tuhan Yesus benar-benar turun dan berlutut kepada setan maka seluruh dunia akan menjadi Kristen. Mungkin setelah itu kita tidak perlu mengabarkan Injil sampai sekujur tubuh penuh dengan keringat. Akan tetapi, jika demikian, apa yang manusia akan percayai justru adalah seorang Yesus Kristus yang tidak disalibkan. Mereka akan mendapatkan Kristus Yesus yang tidak mati untuk orang berdosa dan tidak menggenapi rencana Allah Bapa. Hal seperti ini bukanlah Injil. Tuhan Yesus tidak dapat dihasut. Dia tahu bahwa merekalah yang melawan Dia. Bukan hanya diri mereka sendiri yang melawan. Akan tetapi, di balik itu ada kuasa Iblis yang sedang bekerja. Kita melawan. Kita menyerang. Dan, kita salah paham kepada Tuhan Yesus karena kita mengenal Dia. Karena di dalam hati kita ada dosa. Namun, Tuhan Yesus justru mati di atas kayu salib demi dosa kita yang seperti itu. 9. Salib adalah tempat di mana orang tidak dapat menerima pembiusan. Sebelum seorang dipaku di atas kayu salib yang demikian menakutkan dan kejam, ia perlu terlebih dahulu melalui proses pembiusan. Sejarah mencatat dan memberitahukan kepada kita bahwa orang yang dipaku di kayu salib tidak akan mati pada hari itu. Melainkan Ia harus melewati pergumulan kesakitan selama dua-tiga hari. Ia menangis sengsara. Pelan-pelan ia dibiarkan di atas sana sampai mati. Oleh sebab itu, di dalam situasi demikian, orang yang disalib perlu diberi arak. Ia perlu diberi cuka supaya tidak merasa sakit. Namun, saat Tuhan Yesus dipaku di atas kayu salib, tidak ada orang yang melakukan hal demikian. Sehingga pada saat Dia berkata,"Aku haus!" hanya ada satu orang yang berbaik hati mengasihi Tuhan. Orang yang mengambil busa yang dicelupkan ke dalam cuka dan menyodorkannya ke mulut Tuhan Yesus. Akan tetapi, Alkitab memberitahukan bahwa Tuhan tidak mau meminumnya. Tuhan hanya mencicipi sebentar. Mencicipi adalah untuk menjalankan sopan santun di antara manusia. Yesus Kristus tidak meminumnya karena Dia tidak dapat menerima pembiusan. Dia mau tetap berada di dalam keadaan yang masih memiliki kesadaran. Dia mau untuk masih bisa memaksakannya dengan tuntas dan jelas. Dia mau untuk mengalami penderitaan demi menanggung dosa umat manusia. Banyak orang mengira bahwa karena Yesus adalah Tuhan, Dia dapat pura-pura merasa kesakitan padahal sesungguhnya tidak. Mereka mengira bahwa Tuhan Yesus hanya pura-pura mati saja. Akan tetapi, mereka sungguh-sungguh salah. Yesus Kristus datang ke dunia menjadi manusia. Dia menanggung dosa kita di dalam kedagingan. Dengan jelas dan tuntas Kristus menerima semua kemarahan Allah atas dosa di dalam kedagingan. Salib adalah suatu tempat yang tidak menerima penghiburan. Tidak menerima perlindungan. Tidak menerima pembiusan. Tidak menerima hasutan. Setelah Yesus Kristus mengalami semuanya, ketika orang banyak melihat dengan seksama, tiba-tiba Dia mengangkat kepala-Nya menghadap ke langit dan mengatakan sebuah kalimat, "Ya Bapa, ampunilah mereka. Sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat." (Lukas23:34). Mereka berdosa tetapi tidak tahu bahwa diri mereka terjebak di tengah dosa. Sambil mereka melawan Allah, sambil mereka menikmati kesenangan diri dan mengagumi diri sendiri. Sokrates berkata, "Seseorang berbuat dosa karena dia tidak mengetahuinya. Orang memiliki pengetahuan pasti ia memiliki moral." Apakah bedanya dengan perkataan Yesus? Seseorang yang berbuat dosa karena tidak tahu apakah boleh mendapat pengampunan? Jika benar demikian maka orang yang tidak tahu itu lebih beruntung daripada orang yang tahu. Selain itu ketika Sokrates mengucapkan kalimat itu, dia sedang duduk di kamarnya dengan nyaman. Pada saat Yesus Kristus mengucapkan kalimat tersebut, tubuhnya sendiri sedang digantung di atas kayu salib menanggung dosa umat manusia. Kristus datang untuk memberitahu kita bahwa manusia harus bertobat supaya dosa-dosanya dapat diampuni. Tidak ada dosa yang tidak dapat diampuni. Tetapi dosa yang tidak melalui pertobatan tidak dapat diselesaikan. Kita harus bertobat dengan datang ke hadapan Allah Bapa. Kita sendiri tidak dapat menyelesaikan dosa kita. Yesus Kristus akan berdoa untuk kita dan memancarkan kasih dari Allah. |