Tentang KamiArtikel TerbaruUpdate Terakhir |
Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SOTeRI Pada Mulanya adalah Firman
Editorial:
Dear e-Reformed Netters, Selamat menyambut hari Natal tahun 2015 bagi Saudara-saudara terkasih di dalam Kristus. Dalam bulan ini, secara khusus, e-Reformed akan menyuguhkan sebuah artikel yang terkait dengan kelahiran Sang Kristus. Mari kita melihat dalam Injil Yohanes 1:1. Hal yang menarik dalam ayat ini adalah ayat ini dibuka dengan sebuah susunan kata yang sama seperti dalam kitab Kejadian 1:1: "Pada mulanya". Kitab Kejadian menyatakan bahwa "Pada mulanya Allah menciptakan alam semesta", dan menurut Yohanes, "Firman itu ada bersama-Nya." Lebih dari itu, dalam penciptaan, Allah memakai firman-Nya untuk mencipta segala sesuatu (Yohanes 1:3). Firman yang sama inilah yang juga menjadi manusia di dalam diri Yesus Kristus. Hal ini sangat penting untuk kita ketahui bersama dalam perenungan Natal tahun ini. Mari kita menyambut Natal tahun ini dengan penuh sukacita. Kiranya kita boleh semakin mengerti bahwa Kristus Yesus adalah Sang Firman yang telah lahir dan mengambil wujud manusia untuk menggenapi kabar baik bagi semua bangsa di bumi. Mari beritakan kabar sukacita! Soli Deo Gloria.
Edisi:
Edisi 171/Desember 2015
Isi:
ARTIKEL
Himne-himne Kristen pada abad permulaan merayakan Yesus sebagai seseorang yang, karena kepatuhan-Nya secara sukarela terhadap penghinaan dan kematian, ditinggikan oleh Allah ke tingkatan yang menguasai alam semesta dan dianugerahi gelar "Tuhan" -- "nama di atas segala nama". Namun, himne tersebut dibuka dengan pernyataan yang mencakup jangka waktu sebelum kehidupan Yesus sebagai manusia dimulai. "Dia telah-selalu ada dalam rupa Allah, tetapi Dia tidak pernah menganggap bahwa kesetaraan dengan Allah itu sebagai sesuatu hal yang harus di pergunakan demi kepentingan diri-Nya sendiri. Sebaliknya, Dia mengosongkan diri-Nya sendiri dan mengambil rupa sebagai seorang hamba" (Filipi 2:6-11). Kalimat-kalimat ini, bukan berarti bahwa Dia menukar "rupa Allah" dengan "rupa hamba", tetapi yang sebenarnya adalah bahwa Dia menunjukkan rupa Allah melalui rupa hamba. Pada waktu perjamuan terakhir, Dia mengambil posisi sebagai hamba dan mencuci kaki para murid-Nya, Dia menampakkan sifat keilahian-Nya sama seperti di dalam tindakan-tindakannya yang lain. Kata/istilah "rupa" tidak mempunyai arti bahwa Dia adalah seorang aktor yang memainkan beberapa peran, sekarang peran sebagai Allah dan sekarang peran sebagai hamba; tetapi kata tersebut berarti bahwa Dia juga mempunyai sifat keilahian dan cara-Nya dalam menunjukkan sifat tersebut di dunia ialah dengan melayani orang lain. Melayani orang lain adalah sifat-Nya yang alami. Akan tetapi, yang menjadi problema bagi kita pada zaman ini adalah himne tersebut kelihatannya menganggap bahwa Dia telah ada sebelum Dia menjadi manusia. Anggapan yang sama ini juga yang banyak dipakai oleh penulis Perjanjian Baru; tetapi oleh Yohanes hal ini sangat ditekankan dengan sangat tajam di awal Injil yang ke empat. "Pada mulanya adalah Firman," kata Yohanes, "Firman itu bersama-sama dengan Allah, dan Firman itu adalah Allah .... Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita" (Yohanes 1:1,14). Pernyataan bahwa "Firman itu telah menjadi manusia" inilah yang dikembangkan menjadi doktrin inkarnasi. Karena "Firman" telah menjadi manusia di dalam diri Yesus dari Nazareth. "Firman" adalah gelar dari Yesus sejarah (Jesus of history). Sewaktu menjadi "manusia", firman Allah yang kekal menjadi suatu sejarah. Akan tetapi, gelar tersebut juga adalah kepunyaan Yesus sebagai Kristus Iman (Christ of faith); itu adalah kedalaman iman yang diberikan kepada-Nya, bukan sewaktu karier-Nya di dunia, melainkan setelah kematian-Nya dan kebangkitan-Nya. Kalau begitu, apakah arti dari Firman yang pada mulanya bersama-sama dengan Allah, yang juga ada dalam bentuk dan sifat Allah -- Firman yang pada saatnya nanti "menjadi manusia"? Ini adalah penampakan atau pengekspresian Allah. Allah, yang menampakkan atau mengekspresikan diri-Nya melalui banyak cara sebelum kedatangan Kristus (dan sampai sekarang pun), telah memberikan kepada kita penampakan dan pengekspresian sifat-Nya yang sepenuhnya dan tak bercacat di dalam diri Yesus. Injil Yohanes dibuka dengan susunan kalimat yang sama seperti kitab Kejadian: "Pada mulanya". Menurut kitab Kejadian, "Pada mulanya Allah menciptakan alam semesta", dan menurut Yohanes, "Firman itu ada bersama-Nya". Lebih dari itu, Firman itu adalah alat yang dipakai oleh Allah di dalam karya penciptaan: "segala sesuatu dijadikan oleh Dia" (Yohanes 1:3). Firman yang sama ini jugalah yang "menjadi manusia" di dalam diri Yesus dari Nazaret. Ini adalah awal mula dari bahasa orang-orang Kristen abad permulaan yang menghubungkan karya penciptaan kepada Yesus. Baris kedua dari himne "Agungkan Kuasa Nama-Nya" (All hail the power of Jesus' name) -- yang dihilangkan dari banyak versi modern dari himne ini -- haruslah menjadi sebagai berikut: Crown him, ye morning stars of light,
"Bola yang mengambang ini -- floating ball" ialah bumi, dan Yesus dikatakan telah "melontarkannya -- launched" (atau, menurut versi lain, himne-himne Kuno dan Modern, yang telah "menempatkan"nya). Bagi orang-orang yang sudah terbiasa dengan gaya bahasa seperti ini, mungkin tidak akan berhenti untuk memikirkan kembali betapa hebatnya hal ini. Seorang manusia yang hidup di Timur Dekat sekitar hampir 2000 tahun yang lalu telah disebut-sebut menciptakan ion-ion dunia sebelumnya. Bagaimanakah ide itu bisa timbul -- di benak pengikut-pengikutnya yang paling setia pun? Narasi karya penciptaan di Kejadian 1 mencatat bahwa "Allah bersabda", dan sebagai akibatnya fase-fase selanjutnya dari pekerjaannya yang kreatif itu menjadi nyata. Allah bersabda, "Jadilah terang"; dan terang itu jadi ... Allah bersabda, "Baiklah kita membuat manusia, maka Allah menciptakan manusia (Kejadian 1:3, 26-27). Bagian-bagian Perjanjian Lama yang lebih puitis membicarakan karya penciptaan ini sebagai sesuatu yang dilaksanakan melalui firman Tuhan. "Oleh firman Tuhan langit telah dijadikan" (Mazmur 33:6) adalah cara lain untuk mengatakan "sebab Dia berfirman, maka semuanya jadi" (Mazmur 33:9). Firman Tuhan dipersonifikasikan sebagai alat-Nya dalam karya penciptaan. Di bagian lain di PL, kata yang sama dipersonifikasikan sebagai alat Tuhan dalam karya penampakan (seperti misalnya "firman Tuhan datang" ke nabi ini dan itu) dan juga di dalam karya keselamatan: ketika jiwa manusia merasa terancam, ia berteriak minta tolong kepada Allah, "disampaikan-Nya firman-Nya dan disembuhkan-Nya mereka, dan diluputkan-Nya mereka dari liang kubur" (Mazmur 107:20). Sebab itu, firman Tuhan dipersonifikasikan sebagai alat-Nya atau pembawa berita-Nya. Akan tetapi, bahasa yang dipakai sebagai istilah di PL digunakan oleh Yohanes di bagian pembukaan kitab Injilnya, digunakan untuk mengekspresikan tidak hanya secara personifikasi, tetapi juga sebagai kepribadian yang nyata dan berbeda dari yang lain. Seperti Yesus di dalam sejarah di mana sifat-Nya benar-benar suatu pribadi, maka menurut Yohanes, Firman ilahi "menjadi manusia", dari awal mulanya benar-benar bersifat pribadi, menikmati persekutuan yang pribadi dengan Allah dan juga menikmati keilahian-Nya. Ini adalah aspek dari Kristus Iman (Christ of faith). Kita telah beranggapan bahwa Kristus bangkit dan dimuliakan sebagai objek masa kini dari iman orang-orang pada zaman-Nya; tetapi Injil Yohanes menyatakan Dia sebagai seseorang yang mempunyai praeksistensi kekal -- yang tinggal selama beberapa tahun di bumi, mengalami kelahiran dan kematian seperti halnya manusia sejati, dalam perjalanan dari kemenangan menuju ke kemenangan. Yohanes tentunya bukan satu-satunya penulis di dalam Perjanjian Baru yang menggunakan istilah "praeksistensi" sewaktu menunjuk kepada-Nya, tetapi dialah yang lebih secara terbuka menggunakannya dibandingkan dengan penulis yang lainnya. Hanya di dalam pembukaan injilnya, Yohanes mengatakan Yesus adalah Firman. Sepertinya, pembukaan tersebut berfungsi untuk mengingatkan para pembacanya bahwa di dalam pekerjaan apa pun dan perkataan Yesus mana pun yang tercatat di kitab Injil, di sinilah firman Tuhan sedang bekerja; inilah saat di mana Tuhan sedang menyatakan diri-Nya sendiri. Ketika kalimat pembukaan itu berbicara mengenai "Firman" dan "Tuhan", isi dari Injil justru berbicara mengenai "Anak" dan "Bapa". Kalimat pembukaan itu mencakup 18 ayat, dan tepat di bagian akhirnya dinyatakan bahwa Anak Tunggal Allah, "yang ada di pangkuan Bapa" (yaitu, yang mempunyai pengertian yang sempurna dan saling mengasihi dengan Bapa), adalah seseorang yang telah "menyatakan"-Nya. Pernyataan Yoh. 1:18 ini membentuk suatu transisi dari kalimat pembukaan ke bagian isi dari Injil. Di dalam Injil Yohanes, Anak adalah cerminan Bapa. Oleh karena itu, barangsiapa yang telah melihat Anak, juga telah melihat Bapa. Bapa dan Anak hadir bersama-sama dalam suatu hubungan saling mengasihi yang abadi sifatnya, dan mereka yang dipersatukan dengan Anak karena percaya pada-Nya juga dapat masuk ke dalam hubungan berikut: Bapa-Nya Yesus juga menjadi Bapa mereka. Namun, di dalam awal kitab-kitab Injil, Yesus selalu menunjukkan kesadaran sepenuhnya mengenai hubungan seorang anak terhadap Bapa-Nya sewaktu Dia berbicara mengenai Allah sebagai Bapa-Nya. Dia adalah "Sang Anak" di dalam arti secara khusus; meskipun begitu dia mendorong para muridnya untuk memanggil Allah sebagai Bapa mereka ('Abba') dan untuk datang kepada-Nya dengan penuh rasa percaya diri dan sebebas-bebasnya, seperti halnya Yesus sendiri. Injil Yohanes menjelaskannya secara lebih detail. Kitab Injil sinoptik mewakili para murid Yesus dan yang lainnya yang kadang-kadang bertanya-tanya mengenai siapakah Yesus itu sebenarnya: "Siapakah gerangan orang ini, sehingga angin dan danau pun taat kepada-Nya?" (Mrk. 4:41) Namun, Yohanes membeberkan rahasia ini kepada para pembacanya dari kalimat pertama Injilnya, sedangkan dia membuat dengan sangat jelas sekali bahwa para murid yang lain tidak mengerti rahasia ini sampai setelah kebangkitan gurunya.
Komentar |
Kunjungi Situs Natalhttps://natal.sabda.org Publikasi e-Reformed |