Tentang KamiArtikel TerbaruUpdate Terakhir |
Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SOTeRI Akulah yang Memilihmu? (Part 2)Penulis_artikel:
Yonghan Lim
Tanggal_artikel:
8 Maret 2016
Isi_artikel:
Buat apa debat politik dan agama itu?" tanya seorang teman. "Debat politik menentukan nasibmu lima tahun ke depan. Kalau salah, tinggal diubah pilihanmu di Pemilu berikutnya. Debat agama menentukan nasibmu setelah kematian. Benar atau salah pilihanmu, konsekuensinya kekal," jawabku. Allah itu ada, dari kekekalan sampai dengan kekekalan. Berbeda dengan keberadaan Allah, semua yang diciptakan Allah itu dari tadinya "tidak ada", lantas menjadi "ada." Ciptaan pasti memiliki awal, walau tidak semua memiliki akhir. Simpanse memiliki awal; dari yang tadinya "tidak ada," ia kemudian menjadi "ada." Ia memiliki akhir, karena ketika ia mati, maka dari "ada" langsung menjadi "tidak ada." Menurut para ahli, simpanse memiliki kesamaan genetik dengan manusia hingga 98%. Andai ini benar, walau cuma berbeda 2%, nasib kedua ciptaan ini berbeda total. Manusia memiliki awal; dari yang tadinya "tidak ada," ia kemudian menjadi "ada." Tapi, ia tidak memiliki akhir; karena ketika ia mati, jiwanya tetap "ada;" tidak lantas lalu menjadi "tidak ada." Sejelek apapun wajahmu saat ini, engkau tercipta untuk kekekalan; tanpa ada akhir. Karena itu, setiap manusia, sejahat apapun, pernah berdoa dalam hidupnya. Ada satu kesadaran dalam sanubarinya kalau hidup di dunia ini tidak akan berakhir begitu saja. Stephen Hawking pernah menyatakan hidup manusia itu seperti komputer. Ketika sudah dimatikan listriknya, ya sudah, mati begitu saja. Hati terdalam kita langsung tahu bahwa itu pemikiran yang salah, walau kita bukan PhD (Doktor filsafat, gelar akademik tertinggi pada banyak bidang keilmuan - Red.) di bidang kosmologi seperti dia. Ada suara yang terus mengingatkan kalau hidup ini cuma sementara; bahwa ada kelanjutannya ketika semua ini telah berakhir. Lantas, Allah yang mana yang menanti manusia di akhir kehidupannya kalau begitu? Salah pilih istri, pahit-pahitnya mungkin cuma untuk lima puluh sampai enam puluh tahun ke depan. Salah pilih teman bisnis, pahit-pahitnya cuma bangkrut saja. Tapi kalau sampai salah pilih Allah, konsekuensinya itu kekal. Ini urusan yang teramat penting untuk dicari tahu jawabannya. Tidak bisa “tarsok-tarsok”, karena mungkin tidak pernah ada hari esok lagi untukmu; seperti halnya bagi para penumpang MH370 (Malaysia Airlines Penerbangan 370 - Red.), yang entah ada di mana sekarang sampai dengan hari ini. download audiohttp://youtu.be/85eOEHl-PqM bersambung... Komentar |
Publikasi e-Reformed |