Tentang KamiArtikel TerbaruUpdate Terakhir |
Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SOTeRI Pekerjaan Anda Dilakukan dengan BaikPenulis_artikel:
Dan Doriani
Tanggal_artikel:
3 Desember 2020
Isi_artikel:
Mengapa Pekerjaan Baik Penting bagi Tuhan Saat mewawancarai ratusan orang untuk buku saya "Work: Its Purpose, Dignity, and Transformation", saya memerhatikan berapa banyak orang yang mulai mendeskripsikan pekerjaan mereka dengan dua kata: "Saya hanya". Para pendidik berkata, "Saya hanya mengajar matematika," dan para pemimpin mengatakan mereka "hanya" mengklarifikasi masalah atau membentuk tim. Beberapa dari kita mengatakan "Saya hanya" karena kita ingin tetap rendah hati. Yang lain berkata "Saya hanya" karena kita tidak pernah mendengar "Kerja yang bagus" atau karena kita tidak dapat melihat nilai dari pekerjaan kita. Yang lain lagi mengatakan "Saya hanya" karena kita hanya bekerja untuk uang atau karena kita kurang arah dan hanya melakukan apa yang diperintahkan. Akan tetapi, kita harus melihat lebih tinggi dan melihat bahwa Allah sendiri mengarahkan kita untuk melakukan pekerjaan yang menyenangkan Dia saat kita melayani sesama kita – apa pun jenis pekerjaan yang kita miliki. Untuk menyenangkan Tuhan kita dengan pekerjaan kita, kita menyadari bahwa pandangan kita tentang pekerjaan dimulai dari Tuhan sendiri. Kita bekerja karena Allah bekerja, membentuk dan memajukan dunia ini. Dia adalah Pencipta, Raja, dan Gembala yang Baik. Keinginan kita untuk memperbaiki apa yang rusak, menggemakan tujuan Allah untuk menebus ciptaan-Nya yang jatuh. Dorongan kita untuk membuat dan memenuhi rencana adalah mengikuti Tuhan kita, yang merencanakan dan menyelesaikan penebusan. Ketika kita menerima sebuah proyek dan bersukacita atas penyelesaiannya, kita meniru Yesus, yang berkata, "Makanan-Ku adalah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya." (Yohanes 4:34). Umat manusia bekerja karena Tuhan menciptakan kita menurut gambar-Nya, dan Dia bekerja. Menyenangkan Allah dari jam 9 pagi sampai jam 5 sore
Saya mengusulkan lima prinsip untuk mengasihi dan melayani sesama kita di tempat kerja. Masing-masing didasarkan pada karakter dan hikmat Allah, sehingga kita menyenangkan Dia ketika kita -(berjalan) di jalannya- (Ulangan 8:6; Mazmur 128:1). Urutannya penting: kita mengasihi dan melayani sesama kita hanya sebagaimana Allah menyesuaikan kita dengan gambar Yesus (Roma 8:29). 1. Mengupayakan keadilan, kesetiaan, dan kasih. Kita menyenangkan Allah ketika kita menunjukkan keadilan, kesetiaan, dan kasih seperti Allah. Kita melakukan keadilan bagi semua orang, dan dengan perhatian khusus kepada yang lemah dan tidak berdaya, kepada para janda dan yatim piatu. Kita setia ketika kita bertahan, bukannya menyerah, saat menghadapi tentangan atau sabotase. Arsitek dan desainer mengasihi orang yang tidak akan pernah mereka temui ketika mereka merencanakan lingkungan kerja yang ruang dan pencahayaannya menumbuhkan ketenangan dan energi selama satu abad. Pengrajin kayu mengasihi sesama yang jauh saat mereka membuat kursi yang sesuai dengan bentuk tubuh, tidak pernah berderit, dan bertahan puluhan tahun. Bahkan, jika seseorang membuat gitar atau cello sendirian di toko, alat musik yang bagus melayani pria dan wanita yang akan memainkan dan mendengarkannya bertahun-tahun kemudian dan bermil-mil jauhnya. 2. Menerapkan hukum Allah dalam pekerjaan Anda. Kita menyenangkan Allah ketika kita mengikuti hukum-Nya dalam pekerjaan kita. Hukum mengalir dari karakter Tuhan. Jadi, kita tidak membunuh, karena Allah memberi hidup, dan kita tidak mencuri atau mengingini, karena Dia murah hati. Allah selalu mengatakan kebenaran, dan Kitab Suci adalah -- firman kebenaran- (2 Timotius 2:15; Yohanes 17:17). Oleh karena itu, pekerja media menyenangkan Allah ketika mereka berbicara kebenaran dengan kasih, untuk membangun mereka yang mendengar (Efesus 4:15, 29). Mereka melaporkan berita secara akurat dan memperlakukan narasumber secara bertanggung jawab – misalnya, dengan menetapkan konteks ucapan dan komentar. Mereka menolak untuk mempublikasikan tuduhan tidak berdasar atau dengan sembrono merusak orang yang tidak bersalah. Mereka membuat kebenaran yang penting menjadi menarik. Kita lebih suka berita semacam ini karena media tergoda untuk meningkatkan peringkat dan keuntungan dengan menarik perhatian sebisa mungkin, seringkali dengan memicu ketakutan atau kemarahan. Kita telah melihat ini dalam laporan tentang COVID-19, karena outlet media menyebarkan berita menakutkan yang hampir saling bertentangan. Satu bagian berteori tentang angka kematian yang mengerikan setelah kembali ke bisnis normal, dan bagian berikutnya meratapi kematian ekonomi dan kehancuran para pengangguran. 3. Mengejar tujuan yang mulia. Kita menyenangkan Allah ketika kita membangun motif dan tujuan yang mulia. Konselor dan terapis fisik mengembangkan pemulihan ketika mereka menyesuaikan bantuan mereka dengan karakter dan kapasitas klien mereka. Mereka memajukan tujuan klien ketika mereka memberikan semua nasihat yang mereka bisa, dan kemudian mengirim klien kepada orang lain untuk fase berikutnya. Para pemimpin yang saleh dengan hati-hati memilih tujuan yang akan mereka kejar bersama orang-orangnya. Misalnya, pelatih atletik menetapkan tujuan yang baik ketika mereka memberi tahu para pemainnya bahwa kebugaran, kemajuan, dan kerja tim adalah lebih penting daripada menang. Mereka mengembangkan permainan yang intens, tetapi adil, tekun, dengan sifat sportiv, kegembiraan dalam permainan dan rekan satu tim, menghormati lawan, dan memiliki keanggunan dalam kemenangan dan kekalahan. Mereka mengajari para pemain bahwa olahraga itu penting, tetapi hal-hal kekal lebih penting. 4. Mencari orang untuk dilayani dan dilindungi. Kita menyenangkan Allah saat kita mencari orang untuk dilayani dan dilindungi. Yesus berkata, -Anak Manusia datang bukan untuk dilayani tetapi untuk melayani dan memberikan nyawa-Nya sebagai tebusan bagi banyak orang,- dan Dia senang ketika kita melayani orang lain (Matius 20:25–28). Pada hari terakhir, Yesus akan berkata, "Bagus sekali," kepada setiap orang yang melayani "saudara-saudara-Ku yang paling hina ini," membawakan makanan bagi yang lapar, air bagi yang haus, mengundang masuk orang asing, dan memberi pakaian bagi yang telanjang (Matius 25:23, 34–40). Dalam resesi khusus, banyak yang memiliki peran kecil dalam kelompok dengan membawa makanan, air, tempat berteduh, dan kesehatan. Jika kita tidak melihat keseluruhan usaha, kita kehilangan pentingnya tenaga kerja kita. Seorang pengemudi mungkin berpikir, -Saya tidak menghasilkan apa-apa; saya hanya mengirim roti." Namun, tanpa pengiriman, tidak ada yang makan. Agen keuangan mungkin mengeluh bahwa mereka hanya menghitung angka, lupa bahwa pinjaman yang baik memungkinkan orang untuk membeli rumah, dan memulai bisnis. Memang, mereka mungkin melatih klien untuk meningkatkan peluang keberhasilan bisnis mereka dan memberikan pinjaman yang adil kepada kelompok etnis yang dapat dikecualikan dari pasar modal. 5. Menemukan orang yang layak untuk ditiru. Kita menyenangkan Allah ketika kita mengikuti teladan para pahlawan. Ibrani 11 mengajar kita untuk mencari pahlawan dalam iman, Yesus mengajar para murid untuk belajar dari Daud (Matius 12:3–4), dan Paulus menyajikan Timotius sebagai teladan tidak mementingkan diri sendiri (Filipi 2:19–24). Karena kita selalu pemula, kita tetap membuka mata terhadap pahlawan masa kini. Perhatikan, misalnya, dua kisah singkat tentang orang-orang yang mewujudkan prinsip-prinsip ini di tempat kerja. Mike si Pemilik Restoran Mike Perez memiliki beberapa restoran ramah keluarga yang menyajikan hamburger, pizza, dan makanan serupa. Dia mungkin tergoda untuk mengatakan, "Saya hanya membuat hamburger," tetapi Mike melakukan lebih banyak lagi. Dalam hal paling sederhana, dia mengatakan yang benar, menyajikan makanan enak, dan membayar upah yang adil. Dia memastikan bahwa keluarga memiliki tempat yang aman untuk menikmati makanan yang memuaskan. Akan tetapi, Mike juga menjadi kreatif dalam cara dia melayani pelanggan dan stafnya. Dia menjadi tuan rumah studi Alkitab dan diskusi mengeksplorasi iman. Dia secara sadar bertindak sebagai figur ayah, memastikan semua stafnya diperlakukan dengan hormat. Dia memanfaatkan kesempatan untuk melatih para pekerja mudanya, menanamkan etos kerja yang baik sebelum mereka melanjutkan karir mereka. Akhirnya, dia mempekerjakan dan melatih mantan narapidana untuk memberi mereka kesempatan untuk memiliki pekerjaan yang layak dan menjalani kehidupan yang jujur. Sekilas, orang bisa berpikir Mike "hanya" menyajikan hamburger, tetapi pada setiap langkah, dia berusaha untuk melayani Tuhannya dan mengasihi sesamanya. Jonathan sang Manajer Jonathan Byrd mengepalai perusahaan yang tidak memiliki bisnis inti. Jonathan mengidentifikasi dan memperoleh aset dan organisasi yang menurun karena kelalaian, manajemen yang buruk, atau kekurangan modal. Dia menginvestasikan uang dan keterampilan manajemen untuk memperbarui dan mengisi gedung-gedung tua yang kokoh. Dia mengakuisisi produsen yang salah urus yang masih bisa memproduksi barang yang melayani kepentingan publik. Kesuksesan Jonathan telah membuatnya menjadi investor yang membantu mengurangi risiko. Pada tahun 2018, Jonathan mengakuisisi perusahaan kecil yang memproduksi ventilator. Pada Januari 2020, perusahaan baru saja memulai kembali proses tersebut dan belum memperoleh keuntungan. Jonathan siap menjual ke produsen yang lebih besar untuk mendapat untung besar ketika pandemi virus corona melanda. Sejak COVID-19 menyerang paru-paru, dunia tiba-tiba menghadapi kekurangan ventilator. Saat kekhawatiran akan penurunan ekonomi mulai terjadi, rencana Jonathan untuk penjualan yang sederhana dan menguntungkan menghilang. Pada satu sisi, dia dapat mencoba meningkatkan produksi lima puluh kali lipat untuk memenuhi kebutuhan saat ini. Jika semuanya berhasil, mereka dapat memperoleh keuntungan, tetapi mereka tidak memiliki staf untuk peningkatan yang cepat, dan mereka kekurangan dana yang memadai, jadi itu berisiko. Selanjutnya, pemerintah federal ikut terlibat, dan masalah utang pun membayangi. Jonathan tiba-tiba menghadapi kemungkinan kerugian besar, keuntungan besar, atau keuntungan jangka pendek diikuti dengan kerugian yang lebih besar jika penyakitnya berlalu dengan cepat. Dalam ekonomi yang menyusut dengan cepat, beberapa investor perlu meminimalkan risiko mereka, sama seperti proyek menjadi tidak stabil. Di sisi lain, Jonathan juga memiliki opsi untuk output rendah dan keuntungan kecil yang aman. Akhirnya, Jonathan dan investornya setuju untuk mengutamakan kasih pada orang asing. Mereka akan menerima risiko pertumbuhan besar-besaran, investor baru, dan campur tangan federal untuk meningkatkan produksi dan menyelamatkan ribuan nyawa di seluruh dunia. Meneliti ketidakpastian keuangan, Jonathan berkata, "Ini adalah kesempatan seumur hidup untuk melakukan hal yang hampir sempurna; risiko ekonomi adalah sekunder. Kami telah mengabaikan ekspektasi profitabilitas. Fokusnya adalah membantu orang. Kami akan membuat dan mengirimkan ventilator selama diperlukan, di mana saja, atau sampai kami kehabisan uang. Semua orang percaya mereka akan membantu teman mereka saat dibutuhkan. Saya suka bahwa kami membantu orang yang tidak akan pernah kami temui." Jonathan adalah seorang pengusaha, bukan seorang teolog, tetapi dia melihat kesempatan untuk menyenangkan Allah dengan mengasihi orang asing dan orang luar yang tidak memiliki tuntutan padanya. Dengan cara itu, dia menggemakan kasih Allah. Kita meniru pahlawan masa kini seperti Mike Perez dan Jonathan Byrd ketika kita juga melihat tugas di depan kita bukan sebagai "hanya" pekerjaan, tetapi sebagai cara untuk meniru Kristus, melayani orang yang dekat dan jauh, dan menyenangkan Bapa kita. (t/Jing-Jing) Sumber Artikel:
Komentar |
Publikasi e-Reformed |