Tentang KamiArtikel TerbaruUpdate Terakhir |
Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SOTeRI PraktikaTeologia Praktika adalah teologia yang berisi penerapan pengajaran Alkitab dalam kehidupan praktis untuk pembangunan, pengudusan, pembinaan, pendidikan dan pelayanan umat Tuhan.
Semangat Reformasi
Editorial:
Dear e-Reformed netters, Pemikiran tentang reformasi selalu menarik perhatian saya, karena dalam konsep reformasi terkandung suatu praanggapan bahwa "sesuatu" yang direformasi itu berarti masih bisa menjadi lebih baik, lebih benar, dan lebih sempurna. "Sesuatu" itu bisa berupa konsep, pemikiran, pandangan, cara kerja, tapi bisa juga berupa sikap, tingkah laku, dan kepribadian. Seperti dalam artikel yang saya postingkan di bawah ini, disinggung tentang pentingnya kita (sebagai individu) dan gereja (sebagai komunitas orang percaya), memiliki semangat reformasi, yang mau terus-menerus memperbaiki diri dalam semua segi. Memperbaiki diri dalam semua segi, secara teori kelihatannya mudah, tapi dalam praktik, lain lagi ceritanya. Oleh karena itu, tidak salah kalau saya mengambil kesimpulan bahwa untuk memiliki semangat reformasi seseorang harus memiliki kerendahan hati, ... (yang besar sekali). Siapa sih yang mau dibilang: "pemikiranmu perlu diperbaiki", atau "cara kerjamu perlu dikoreksi", atau "sikapmu perlu diubah....." Perlu sikap gentleman dan sportif untuk mau direformasi. Salah tidak kalau saya katakan bahwa orang yang berani menamakan diri kelompok orang "reformed" seharusnya tidak sombong, mau dikritik, dan terbuka untuk berubah .....? Wah... omong-omong soal berubah.... saya jadi malu sendiri, karena saya juga bukan orang yang gampang berubah.... Itulah sebabnya, saya ingin bagikan artikel tulisan dari Paul Hidayat, yang diambil dari bukunya yang berjudul MENERBANGI TEROWONGAN CAHAYA, terbitan dari PPA (Persekutuan Pembaca Alkitab). Saya banyak belajar, khususnya tentang inti dari semangat Reformasi. Harapan saya, artikel ini menolong kita untuk melihat diri (mengoreksi) lagi, apakah gereja kita mulai menyimpang dari Firman Tuhan, apakah kita, para pelayan Tuhan, telah membuat jemaat semakin bingung untuk mengerti Firman Tuhan, atau apakah kita telah mengganti kesalehan hidup dengan legalisme rohani ...... dan masih banyak lagi....... Selamat membaca. Sebagai penutup, saya kutipkan kembali penutup dari artikel Paul Hidayat: "Iman yang riil, kuasa firman, kenyataan tubuh Kristus, dan kesalehan yang ceria, itulah yang kita sangat perlukan terjadi kembali secara baru masa kini!" In Christ,
Penulis:
Paul Hidayat
Edisi:
063/VI/2005
Isi:
"Bila kita menimbang dan mencermati dengan hati-hati seluruh perjalanan reformasi ini, kita akan mendapati bahwa Ia telah mengendalikan penuh, melalui metode-metode yang menakjubkan bahkan bertentangan dengan semua yang kita harapkan. Kepada kekuatan inilah, karena itu, yang telah seringkali Ia kedepankan demi kita. Marilah di tengah segala kerumitan pergumulan kita, kita gantungkan diri penuh dan utuh." (John Calvin) "Sejauh gereja menyesuaikan diri dengan dunia, dan kedua komunitas itu tampak kepada para pengamat mereka sebagai sekadar dua versi dari satu hal yang sama, gereja tengah menentang jati diri sejatinya. Tidak ada komentar lebih menyakitkan bagi orang Kristen daripada kata-kata. 'Tetapi Anda tidak beda dari orang lain.'" (John Stott) Gereja, dan kehidupan Kristen yang tidak terus-menerus mengalami reformasi dapat diumpamakan seperti kehidupan dan alam yang mengalami kemerosotan tanpa peremajaan. Untuk mempertahankan kehidupan, Allah mengatur agar sel-sel tubuh kita terus-menerus mengalami proses penggantian dan peremajaan. Sel-sel tubuh kita sampai usia tertentu diganti dengan sel-sel baru. Demikian juga dalam alam terjadi hal yang sama. Tanah gersang musim kemarau berganti menjadi tanah subur musim penghujan. Daun-daun tua layu dan rontok, tetapi daun-daun muda bersemi segar menggantikan yang tua dan mati tadi. Apa yang kita saksikan dan alami dalam kehidupan dan alam, tadi adalah lukisan nyata bekerjanya kuasa pembaruan Allah yang beroperasi terus-menerus menopang dan mempertahankan kehidupan. Dia yang menciptakan segala sesuatu terus menopang mempertahankan ciptaan-ciptaan-Nya agar dapat berlangsung terus. Reformasi pada dasarnya seirama dan seprinsip dengan rehabilitasi, rekonsiliasi, regenerasi yang terjadi dalam alam dan kehidupan. Bila demikian, bolehlah kita katakan bahwa gereja dan orang Kristen yang tidak terus-menerus mengalami reformasi bertentangan dengan kerinduan Allah agar ciptaan-Nya (baik alam maupun Gereja sebagai ciptaan baru) terus diperbarui-Nya. Tidak mengalami reformasi seumpama menggunakan gergaji tua, usang, dan tumpul untuk menggergaji batang kayu yang liat dengan akibat gergajinya yang rompal dan bukan kayunya yang putus. Mengapa Diperlukan Reformasi Terus-Menerus? Di dalam realitas dunia ini, beroperasi dua kekuatan: kekuatan kehidupan dan kekuatan kematian. Kekuatan kematianlah yang menyebabkan sel-sel tubuh kita menua, organisme-organisme mengalami pelapukan dan peluruhan. Secara langsung atau tidak langsung, penyebab penuaan yang menuju kematian pada manusia itu adalah dosa. Andaikata manusia tidak berdosa di dalam Adam, untuk manusia mungkin sekali proses tersebut tidak berakhir di jurang kematian, tetapi ke gelombang-gelombang samudera kematangan dan keindahan hidup. Kekuatan kehidupan adalah cara Allah untuk mempertahankan kelanggengan ciptaan-Nya. Oleh karena itu, reformasi pada intinya selaras dengan maksud Allah untuk menjaga kelestarian hidup ini. Mengapa gereja dan kehidupan Kristen harus dan perlu mengalami reformasi terus-menerus? Karena gereja masih dalam dunia yang berdosa dan dosa masih dapat menyusup dalam bentuk struktur dan kehidupan gereja yang tidak selaras dengan dinamika kebenaran firman Allah. Bahaya-bahaya penyimpangan dalam gereja-gereja yang disurati para rasul, baik dalam Perjanjian Baru maupun dalam era selanjutnya terutama dalam era pra reformasi membuktikan perlunya pembaruan terus- menerus. Selain harus setia memelihara Injil dan bertumpu pada kebenaran firman Allah, gereja dari zaman ke zaman bertugas mengkontekstualkan isi dan penghayatan imannya ke dalam situasi dunianya. Dunia kita kini tidak lagi sama dengan dunia para apologet atau para bapa gereja abad pertengahan, bahkan sudah jauh berbeda dari zaman era reformasi sendiri. Berbagai perumusan teologis yang pernah dibuat para pendahulu kita perlu dikaji ulang sebab perumusan tersebut dibuat agar relevan dengan zaman mereka. Mereka mencoba menyajikan kebenaran firman Allah dalam paradigma yang diambil dari konteks pemahaman zaman itu. Jika kita ingin lebih segar memahami isi iman kita dan lebih mampu mengkomunikasikan apa yang kita imani kepada orang sezaman kita, kita pun perlu menggumuli dan mengungkapkan ulang kebenaran firman yang kekal itu dalam paradigma-paradigma baru yang lebih sesuai dengan zaman ini. Sebagai contoh, menjelaskan kelahiran kembali kepada para cendekiawan zaman ini mungkin lebih tepat menggunakan gambaran "format ulang" dari dunia komputer. Alasan lain mengapa kita perlu menggumuli ulang cara mengungkapkan isi iman kita ialah karena tradisi yang kita pegang kini merupakan warisan teologi Barat. Adalah lebih efektif bila sari kebenaran Ilahi itu coba kita tuangkan dalam pola pikir yang lebih sesuai dengan konteks kita di Indonesia. Apa Saja yang Perlu Direformasi? Semua segi pemahaman iman dan penghayatan kehidupan Kristen kita sehari-hari! Pertama, isi iman yang kita pahami haruslah benar-benar bersumberkan Alkitab, bergumul di tengah-tengah konteks kebudayaan dan kebutuhan masyarakat Indonesia masa kini, sehingga isinya sekaligus sinambung dengan tradisi gereja dari abad ke abad, namun kontekstual dan kontemporer. Kedua, kita memerlukan kuasa firman yang dihidupkan Roh Kudus agar mampu menghayati iman kita kepada Kristus secara riil, segar, dinamis. Penghayatan iman Kristen kita tidak boleh berpuas diri sebatas penghayatan iman pribadi seperti perihal keselamatan pribadi, tetapi harus mampu mewujudkan dirinya dalam keterlibatan yang nyata di tengah-tengah pergumulan masyarakat Indonesia yang pluralistis masa kini. Dalam garis ini, perlu sekali diperhatikan ketulusan orang-orang Kristen dalam berbangsa dan bernegara sebagai manifestasi pengabdian kita kepada Allah, Tuhan atas sejarah. Juga kebutuhan sangat mendesak masa kini ialah keberanian orang-orang Kristen untuk mempraktikkan kebenaran dan menyuarakan kebenaran seiring dengan menyatakan kesalahan dan konsisten menghindari hal-hal yang tidak etis. Ketiga, dalam dunia yang sedemikian pesat dibanjiri oleh kemudahan- kemudahan karena teknologi tinggi, ibadah-ibadah kita harus diisi dengan seluruh aspek liturgis yang sejati, segar dan riil. Bila khotbah-khotbah loyo membosankan, bila puji-pujian lesu menjemukan, bila persekutuan semu dan dangkal, akan habislah ibadah kita ditelan imbas banjir alat hiburan yang membanjiri pasar. Untuk itu kita memerlukan keberanian agar tidak kolot mempertahankan pola, bentuk, dan isi liturgi yang tidak lagi menampung kesegaran Injil, kehangatan kasih, kekayaan kreativitas untuk menampung penyampaian uraian firman, puja sembah, dan persekutuan kita satu dengan lain. Inti Semangat Reformasi Jiwa reformasi seperti yang ditemukan Luther, Zwingli, Calvin, John Knox, dan lain-lain. itu tidak lain adalah seperti yang disiratkan dalam moto reformasi: Sola Gracia, Sola Fide, Solo Christo, Sola Scriptura. Pertama, Reformasi menemukan ulang realitas anugerah penyelamatan Allah dalam Kristus melalui iman semata. Dengan kata lain, hubungan yang riil dan intim dengan Allah, itulah yang ditemukan Luther dan Calvin dan yang menopang mereka terus sampai ajal mereka. Kedua, media yang melaluinya Allah memimpin mereka menemukan pemahaman dan penghayatan segar indah itu ialah Alkitab. Alkitab sejak itu menjadi suatu kitab terbuka. Seluruh umat bebas membaca dan menimba dari dalamnya aliran-aliran air kehidupan dan arus tenaga pembaruan. Problem masa kini ialah tanpa sadar umat telah kembali bergantung pada "kepausan" baru, yaitu para teolog dan pengkhotbah. Reformasi ulang akan terjadi bila awam tidak lagi awam dalam pemahaman Alkitab! Ketiga, Reformasi pada intinya mensyukuri fakta bahwa semua warga gereja adalah imam-imam Perjanjian Baru. Kita semua adalah gereja, imamat yang rajani. Masing-masing kita memiliki karunia untuk dibagikan dan tanggung jawab untuk dipikul, yaitu mewartakan pekerjaan-pekerjaan besar Allah kepada sesama kita dan saling melayani membangun tubuh Kristus. Keempat, Reformasi sebenarnya adalah penolakan terhadap teologi skolastisisme. Teologi pra reformasi telah membuat iman menjadi sesuatu yang rumit dan ruwet. Bukan saja teologi telah dilacurkan dengan filsafat zamannya, melainkan juga kesalehan pun telah dibuat rumit dengan berbagai aturan selibat, ziarah, penyembahan patung, dan lain sebagainya. Reformasi menemukan bahwa iman Kristen adalah kemerdekaan, adalah perayaan, adalah kesukaan yang dapat dipahami dan dihayati siapa saja yang terbuka pada kasih karunia-Nya. Iman yang riil, kuasa firman, kenyataan tubuh Kristus, dan kesalehan yang ceria, itulah yang kita sangat perlukan terjadi kembali secara baru masa kini!
Sumber:
Sumber diambil dari:
Apa yang Menggerakkan Kehidupan Anda?
Editorial:
Dear e-Reformed Netters, Senang sekali bertemu Anda semua di awal tahun 2005 ini. Apakah ada di antara Anda yang punya tradisi/kebiasaan memulai tahun baru dengan suatu RESOLUSI? Saya sering melakukannya, khususnya kalau ada banyak kegagalan/kesalahan/kekecewaan yang saya alami tahun sebelumnya, sehingga hal itu mendorong saya untuk membuat rencana yang diharapkan akan dapat menebus kegagalan/kesalahan/kekecewaan itu. Dorongan rasa bersalah akhirnya mewarnai rencana-rencana hidup yang saya buat. Berbicara tentang membuat rencana hidup dan resolusi tahun baru, saya teringat dengan buku yang pada akhir tahun 2004 kemarin banyak dibicarakan orang, yaitu bukunya Rick Warren yang berjudul The Purpose Drive Life, yang dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi "Kehidupan yang Digerakkan oleh Tujuan". Saya kira buku tersebut memang patut mendapat perhatian istimewa karena sangat "inspiring". Berikut adalah satu di antara 40 Bab yang dibahas dalam buku tersebut, yang saya kutipkan untuk Anda, khususnya yang belum kebagian membeli buku tersebut. Hal yang menarik dari artikel ini (buku ini) adalah kepandaian Rick untuk membuat pemikiran filosofis yang berat dan rumit tentang hidup menjadi suatu hal yang praktis dan simple. Ada beberapa hal yang dapat kita tarik menjadi pelajaran yang berguna:
Dan masih banyak lagi yang saya yakin dapat kita timba dari merenungkan artikel ini. Oleh karena itu, saya persilakan Anda menyimaknya sendiri dan selamat mengisi tahun 2005 dengan hal-hal yang berkenan bagi Tuhan. In Christ,
Penulis:
Rick Warren
Edisi:
057/XII/2004
Isi:
"Kemudian aku melihat bahwa pada dasarnya segala jerih payah dan keberhasilan orang didorong oleh perasaan iri hatinya. ..." Pengkhotbah 4:4 (FAYH) Manusia tanpa suatu tujuan adalah ibarat sebuah kapal tanpa kemudi -- anak terlantar, hal sia-sia, bukan siapa-siapa. Thomas Carlyle Kehidupan setiap orang digerakkan oleh sesuatu. Banyak kamus mendefinisikan kata kerja menggerakkan sebagai "membimbing, mengendalikan, atau mengarahkan". Entah Anda menggerakkan sebuah mobil, sebuah paku, atau bola golf, Anda sedang membimbing, mengendalikan, dan mengarahkannya pada saat itu. Apakah yang menjadi daya penggerak di dalam kehidupan Anda? Sekarang, Anda mungkin digerakkan oleh suatu masalah, suatu tekanan, atau suatu batas waktu. Anda mungkin digerakkan oleh ingatan yang menyedihkan, ketakutan yang menghantui, atau suatu keyakinan yang tidak disadari. Ada ratusan kondisi, nilai, dan emosi yang bisa menggerakkan kehidupan Anda. Berikut ini adalah lima penggerak yang paling umum:
BERBAGAI MANFAAT KEHIDUPAN YANG DIGERAKKAN OLEH TUJUAN Ada lima manfaat besar dari kehidupan yang memiliki tujuan:
BERPIKIR TENTANG TUJUAN SAYA Pokok untuk Direnungkan: Ayat untuk Diingat: Yesaya 26:3 (TEV) Pertanyaan untuk Dipikirkan:
Sumber:
Diambil dari:
Disiplin atau Rutinitas?
Editorial:
Dear e-Reformed Netters, Beberapa bulan terakhir ini, waktu saya habis untuk memikirkan tentang pembangunan kantor Yayasan Lembaga SABDA Ternyata hal ini juga terjadi dengan kondisi kerohanian saya. Kerohanian saya mulai "capai" karena terkuras oleh banyaknya hal, khususnya kekuatiran dalam hal dana dan "accountability" terhadap Tuhan yang harus terus saya perjuangkan. Maka saya pun mulai menerapkan hal yang sama untuk kebutuhan rohani saya, yaitu "disiplin ektra makan yang bergizi". Saya teringat dengan banyak nasehat dari hamba Tuhan yang setia kepada Tuhan, "semakin sibuk dan banyak masalah, semakin banyak waktu untuk berdoa." Nah, mulailah saya melakukan disiplin untuk lebih banyak berdoa, berserah kepada Tuhan, merenung dan berdiam diri dengan Dia, (bahkan suami berpuasa). Hasilnya sangat luar biasa, secara rohani saya terus disegarkan, sehingga saya terus memuji Tuhan (meskipun masalah masih terus datang silih berganti). Kisah saya di atas tentu ada hubungannya dengan artikel yang saya bagikan pada Anda di bawah ini (meskipun terlambat mengirimkannya, harusnya akhir bulan September, mohon dimaklumi ya). Saya membaca buku "Disciplines of Grace" beberapa bulan yang lalu (April), dan saya sangat terkesan dengan uraian penulis, betapa tepatnya ia menggambarkan tentang perbedaan antara disiplin rohani dan rutinitas rohani. Sejak itu, saya mencoba untuk terus sadar agar saya tidak terjebak dengan rutinitas rohani. Saya mendapat banyak berkat. Oleh karena itu, saya ingin membagikannya pada e-Reformed netters. Terima kasih banyak untuk Sdr. Joko yang membantu saya menerjemahkan artikel ini. Tuhan memberkati! Artikel di bawah ini sebenarnya hanyalah cuplikan dari Bab I (tidak saya ambil semuanya, hanya bagian yang khusus menguraikan tentang perbedaan antara disiplin dan rutinitas). Semoga menjadi bahan renungan yang dapat menggugah semangat Anda dan memperbarui gaya hidup Anda. In Christ,
Edisi:
054/IX/2004
Isi:
Orang Kristen modern tidak kurang ´relevansinya´ dengan dunia ini. Ada beberapa perbedaan yang mendasar antara rutinitas dan disiplin. Meskipun keduanya sangat penting bagi kehidupan, namun keduanya tidaklah sama. Karena alasan itulah, maka menjaga kedisiplinan agar tidak berubah menjadi suatu rutinitas sangatlah penting. Hal ini juga penting dalam kehidupan rohani kita, karena banyak sekali pengikut Kristus yang telah mengubah anugerah disiplin, yang diberikan Allah untuk membantu kita bertumbuh di dalam Dia, menjadi aktivitas- aktivitas rutin yang sama sekali tidak memiliki kuasa untuk mengubah kehidupan. RUTINITAS DAN DISIPLIN Rutinitas adalah sesuatu yang kita lakukan untuk menjaga status quo, seperti menyikat gigi dan bersiap-siap untuk berangkat bekerja, mengganti oli mobil, mengunci pintu, mematikan lampu sebelum tidur, mengatur tempat tidur setiap pagi, dan lain-lain. Rutinitas-rutinitas ini menempati posisi penting dalam kehidupan kita, namun rutinitas- rutinitas ini tidak mengubah atau meningkatkan apa pun. Rutinitas hanya menjaga agar kita tetap berada pada tingkat tertentu, sehingga menolong semua sistem hidup kita berfungsi dengan normal. Rutinitas tidak membutuhkan banyak usaha keras. Kita tidak perlu bersusah payah untuk melakukannya. Bahkan, mungkin kita melakukan rutinitas tanpa kita sadari -- seperti menyetir mobil ke kantor atau membuang sampah -- tanpa ada energi atau usaha tambahan sama sekali. Selain itu, rutinitas hanya membutuhkan sedikit pemikiran. Mengerjakan rutinitas tidak memerlukan perencanaan, tidak membutuhkan pengawasan yang serius atau evaluasi, dan dilakukan sepanjang waktu tanpa perlu pemikiran. Malah, ketika kita sedang melakukan rutinitas, kita menggunakan pikiran kita untuk memikirkan hal-hal lain. Hal ini sama seperti ketika seseorang mendengarkan radio sambil mempersiapkan diri untuk berangkat bekerja atau sambil menyetir kendaraan ke kantor. Rutinitas hanya membutuhkan sedikit waktu dan sedikit ketidaknyamanan, yang mana sebenarnya kita rela memberikannya karena kita telah mendapatkan keuntungan dari memeliharanya setiap hari. Rutinitas juga jarang diubah. Kita setiap hari selalu berangkat kerja melewati jalan- jalan yang sama, melakukan persiapan kerja dengan mengikuti urutan yang sama atau membersihkan dapur setelah makan dengan cara yang sama. Kita tidak merasa perlu untuk mengubah rutinitas, sehingga kita terus mengikutinya tanpa banyak berpikir atau menyesuaikan diri dari hari ke hari, dari tahun ke tahun. Rutinitas tersebut baik bagi kita, karena membuat kita tetap berada pada posisi status quo dalam beragam bidang kehidupan kita, namun sebenarnya rutinitas tidak membuat kita berkembang di bidang-bidang kehidupan tersebut. Sedangkan disiplin berbeda. Disiplin adalah sesuatu yang kita lakukan dengan tujuan agar terjadi perubahan. Seperti yang dikatakan oleh Dallas Willard: "Disiplin adalah setiap aktivitas yang ada di bawah kuasa kita untuk kita lakukan, yang memampukan kita untuk melakukan apa yang tidak dapat kita lakukan tanpa "usaha terarah". Misalnya, menurunkan berat badan atau membentuk tubuh (sehingga kita tampil dan merasa lebih baik dan berumur lebih panjang); atau belajar ketrampilan baru dalam pekerjaan (sehingga kita bisa mendapatkan promosi atau naik posisi). Kita tidak bisa membuat diri kita merasa lebih baik, dan kita tidak bisa mendapatkan promosi atau naik posisi hanya dengan usaha biasa. Jadi, kita harus melakukan disiplin-disiplin tertentu yang kita percaya bisa memampukan kita untuk mencapai target yang kita inginkan tersebut -- hal-hal yang tidak dapat segera kita peroleh hanya dengan kekuatan biasa saja." Kedisiplinan bisa menyedot usaha yang besar. Kita memaksa tubuh kita untuk naik ke level yang lebih tinggi melalui latihan setiap hari; atau kita meluaskan wawasan pikiran kita ke arah yang baru untuk memahami prosedur-prosedur baru atau menguasai teknologi baru. Kita memaksa otak dan tubuh kita untuk melakukan aktivitas yang terfokus dan sungguh-sungguh untuk mempersiapkan diri menerima peran dan tanggung jawab baru atau menjalani gaya hidup baru yang diinginkan. Disiplin yang baik membutuhkan keterlibatan intelektual yang serius -- yaitu membuat rencana, mengawasi kemajuan, mengevaluasi tingkat- tingkat penguasaan, dan lain sebagainya. Lebih jauh lagi, disiplin cenderung melibatkan investasi waktu yang sangat besar. Untuk melakukan disiplin-disiplin tersebut kita harus mengorbankan aktivitas-aktivitas lain yang mungkin sebenarnya lebih kita sukai dan kita sungguh-sungguh akan mengkonsentrasikan waktu dan usaha agar bisa menguasai disiplin-disiplin tersebut karena kita yakin usaha tersebut dapat memberikan apa yang kita inginkan. Kita harus mau mengorbankan sesuatu yang kita senangi -- makanan, aktivitas-aktivitas di waktu luang, atau istirahat -- agar kita dapat mencurahkan waktu dan usaha yang diperlukan, misalnya untuk membentuk tubuh yang lebih sehat, menjadi karyawan yang lebih baik, atau menyiapkan diri untuk memperoleh pekerjaan baru. Disiplin cenderung perlu penyesuaian dari waktu ke waktu. Ketika kita telah mencapai satu tingkat tertentu atau penguasaan suatu hal, kita bisa mengubah disiplin-disiplin yang kita targetkan untuk mendorong kita mencapai tingkat yang lebih tinggi lagi. Baik rutinitas maupun kedisiplinan, keduanya sangat penting dalam hidup kita. Namun, dua hal itu jelas tidak sama. Permasalahan timbul ketika kita mengizinkan hal yang disiplin menjadi semacam rutinitas saja. Ketika hal itu terjadi, maka disiplin yang kita terapkan, tidak hanya tidak menghasilkan apa yang kita inginkan tapi juga membuat disiplin menjadi sesuatu yang berat, menjengkelkan dan membosankan. Kita mungkin setia melakukan disiplin tersebut, namun tidak dengan cara sebagaimana seharusnya disiplin itu dirancang dan tentu saja, tidak banyak hasil yang diperoleh dari usaha yang kita lakukan itu. Masalah ini menjadi hal yang serius, khususnya dalam area kehidupan rohani, yaitu ketika mempraktikkan anugerah disiplin, kita izinkan menjadi sesuatu yang tidak lebih dari sekedar rutinitas rohani belaka. Allah memberikan kita anugerah disiplin (disiplin rohani) sebagai cara untuk menolong kita bertumbuh dalam kasih kepada-Nya dan kepada sesama kita. Sarana-sarana yang berharga ini -- doa, Firman Tuhan, penyembahan, waktu sendiri bersama Tuhan (solitude), memberi persembahan, berpuasa, diam di hadirat Tuhan, dan lain-lain -- membawa kita masuk ke dalam hadirat-Nya, dengan cara yang tidak bisa didapatkan hanya dari kegiatan sehari-hari. Disiplin-disiplin ini akan memampukan kita untuk melihat sekilas kemuliaan-Nya dan masuk ke dalam kuasa-Nya yang dapat memberi pembaharuan hidup setiap hari dalam Yesus Kristus. Namun, ketika praktik disiplin rohani diizinkan berubah menjadi aktivitas-aktivitas rutin saja -- maka disiplin rohani itu kehilangan kuasanya untuk membawa kita bertatap muka dengan Tuhan dalam cara-cara yang mentransformasi hidup. Pada zaman Yesus hidup di dunia, tidak ada kelompok lain yang dikenal lebih disiplin selain para pemimpin agama Yahudi. Semua orang zaman itu mengenal mereka sebagai orang yang paling banyak berdoa, paling mengenal Alkitab, paling setia berpuasa, dan paling sering memberi sedekah kepada orang miskin. Beberapa diantara mereka sangat sungguh- sungguh, misalnya Zakharia dan Nikodemus. Namun, sebagian besar diantara mereka tidaklah demikian. Disiplin-disiplin rohani yang mereka lakukan tidak mampu mempersiapkan hati mereka untuk menyambut kedatangan Mesias dan tidak mampu membuat mereka mengenali Yesus saat Dia muncul di tengah-tengah mereka untuk mengajar dan melakukan hal- hal yang baik. Praktik disiplin rohani yang mereka lakukan, tidak membantu mereka bertumbuh dalam kasih, baik kepada Tuhan maupun sesama. Banyak diantara mereka malah menjadi sombong, serakah, mengabaikan orang banyak dan sangat melindungi status istimewa mereka di mata masyarakat. Mereka melihat Yesus sebagai ancaman dan setelah tiga tahun mengawasinya, maka kemudian mereka bersekongkol merencanakan pembunuhan terhadap Dia. Semua disiplin rohani orang-orang Farisi tidak berguna untuk menolong mereka mengalami kemuliaan Tuhan dan masuk ke dalam anugerah-Nya. Mereka menjalankan praktik disiplin rohani hanya untuk menjaga status mereka di masyarakat dan bukan supaya mereka bertumbuh dalam anugerah dan pengetahuan akan Tuhan. Disiplin rohani mereka telah menjadi rutinitas, yang hanya memberikan kepuasan diri yang besar dan membuat status mereka terlindungi di mata orang banyak. Namun, kehidupan rohani mereka kosong dan tidak mendapatkan persekutuan yang sungguh- sungguh dengan Tuhan. Mereka telah menjadi "kuburan yang dilabur putih", seperti yang diamati Yesus -- mereka memuaskan diri sendiri, membenarkan diri sendiri, bangga terhadap diri sendiri, dan congkak. Sebelum kehidupan rohani kita berubah ke arah kondisi seperti itu, dan kita menjadi negatif dan suka menghakimi, kurang mengasihi dan tidak memiliki semangat untuk hidup dalam iman atau melakukan misi Yesus, maka kita perlu mempertimbangkan, apakah praktik disiplin rohani kita benar-benar sesuai dengan yang Tuhan inginkan dan rencanakan. KONDISI DISIPLIN ROHANI MASA KINI Melalui gereja masa kini, kita sangat diberkati dengan berlimpahnya sumber bahan dan nasihat dan dorongan semangat yang tiada hentinya untuk menggunakan disiplin rohani bagi kemuliaan Kristus dan kerajaan- Nya. Tidak pernah ada kekurangan Alkitab dan bahan-bahan pemahaman Alkitab, kelompok kecil dan persekutuan untuk bersama-sama mempelajari Firman Tuhan, buku-buku dan konferensi doa, panduan dan juga kesempatan untuk menyembah atau ajakan untuk berpuasa. Kebanyakan orang yang saya kenal, yang menyatakan dirinya sebagai pengikut Kristus, telah melakukan disiplin-disiplin rohani pada tingkat-tingkat tertentu, meskipun banyak diantara mereka, pada saat yang sama, mengakui akan ketidakpuasan mereka pada kehidupan rohaninya. Walaupun demikian, secara keseluruhan, dari tampilan luar, praktik disiplin rohani tampak hidup dan sepertinya dijalankan dengan baik oleh jemaat gereja. Tetapi, pertanyaan yang muncul adalah mengapa gereja kelihatan kurang kuasa. Mengapa keyakinan alkitabiah memainkan peran yang sangat kecil dalam membentuk budaya dan memberi arah bagi masyarakat kita? Mengapa pamor gereja-gereja semakin menurun bila dibandingkan dengan persentase populasi secara keseluruhan -- tanpa mengabaikan adanya fenomena gereja-gereja berjemaat besar (megachurch)? Mengapa tingkah laku, seperti sikap tidak sopan, kasar, dan asusila semakin berkembang dan ditoleransi oleh masyarakat kita? Mengapa orang percaya secara umum sangat tertutup mengenai iman mereka? Mengapa kita lebih banyak mencurahkan tenaga untuk membahas perdebatan-perdebatan sengit tentang masalah-masalah, seperti cara-cara tertentu dalam penyembahan, peran wanita dalam gereja, dan tempat budaya pop Kristen dalam kehidupan orang percaya? Mengapa kita dipandang rendah, bahkan dibenci oleh mereka dari kalangan elit budaya dan elit sosial dalam masyarakat kita? Dan mengapa, ketika kita berada di tengah-tengah masyarakat yang seharusnya menjadi ragi Kerajaan Kristus bagi roti zaman yang penuh dosa dan sedang sekarat ini, kita malah tidak menampakkan jati diri kita sebagai warga Kerajaan Surga? Tidak diragukan, pasti ada banyak jawaban atas pertanyaan-pertanyaan di atas, tapi satu dari jawaban tersebut yang saya ambil berdasarkan observasi saya secara pribadi, termasuk hasil membaca dan studi saya, membutuhkan penelitian lebih lanjut. Jawaban itu adalah, sebagai sebuah komunitas, orang percaya tidak mengalami apa yang Allah inginkan terjadi dalam hidup mereka melalui praktik disiplin-disiplin rohani yang mereka lakukan. Seperti kutipan kata-kata Simon Chan di awal artikel ini, orang Kristen modern tidak lagi terlibat dalam melakukan disiplin rohani atau kalaupun terlibat, keterlibatan mereka telah menjadi tidak sungguh-sungguh dan tidak bisa menjadi sumber anugerah dan kemuliaan yang mampu mengubah hidup mereka. Hal ini mungkin terjadi karena banyak dari mereka yang telah membiarkan disiplin rohaninya jatuh sebagai rutinitas saja tanpa mereka sadari. Mereka berdoa, membaca Alkitab, dan rajin beribadah, namun tidak terjadi apa-apa dalam kehidupan mereka sebagai warga Kerajaan Allah. Mereka masih terus terikat dengan dosa-dosa yang sama, semakin sulit mempersembahkan diri dalam pelayanan, menjadi cepat untuk mengkritik dan menghakimi orang-orang yang tidak sepaham dengan hal-hal rohani yang mereka percayai, dan enggan berbincang-bincang tentang hal-hal rohani dengan tetangga-tetangga mereka untuk kepentingan penyebaran Injil. Tapi pada saat yang sama mereka aktif menjalankan disiplin- disiplin rohani mereka -- rajin saat teduh, ikut kelompok pemahaman Alkitab, tekun menghadiri persekutuan -- namun, mereka tidak bertumbuh dalam anugerah-Nya. Sebaliknya, mereka malah hampir tidak lagi berusaha kecuali sekedar memelihara semacam status quo kehidupan rohaninya di tengah-tengah tekanan pencobaan-pencobaan, kewajiban dan pesatnya kemajuan masyarakat postmodern. Untuk orang-orang seperti itu, bisa jadi disiplin-disiplin rohani telah berubah menjadi sekedar rutinitas, yang tidak punya kekuatan dan pengaruh untuk mengubah dunia ini bagi Kristus. Disiplin-disiplin yang Allah inginkan untuk membawa kita masuk dalam hadirat kemuliaan-Nya dan mengubah kita untuk menjadi serupa dengan gambar Anak-Nya, bagi sebagian besar diantara kita, hanya tinggal rutinitas saja -- tidak lagi dipikirkan, tidak lagi diusahakan, tidak memberikan buah kecuali hanya sekedar untuk memenuhi tanggung jawab. Jika demikian, maka kita sama sekali tidak mungkin memperlengkapi diri untuk bisa hidup bagi Kerajaan-Nya di dunia ini.
Sumber:
Bahan di atas dikutip dari:
Langkah-langkah Mencari Kehendak Allah
Editorial:
Dear e-Reformed Netters, Kiriman artikel saya bulan Juli ini adalah tentang "Langkah-langkah Mencari Kehendak Allah". Memang, sudah ada banyak buku, artikel, bahkan seminar-seminar yang membahas tentang topik bagaimana mencari kehendak Allah. Bahan yang saya bagikan ini, kiranya bukan hanya menjadi pelengkap dari bahan-bahan yang sudah ada karena setelah membaca, saya melihat bahwa dalam memaparkan prinsip-prinsipnya, Dr. Stephen Tong sangat lengkap dan teliti. Pembahasan bukan hanya dari sisi teori saja, tapi juga dari pengalaman dan keduanya saling terintegritas. Harapan saya, kiranya melalui artikel ini, para pembaca dapat hidup semakin dekat dengan kehendak Allah, khususnya untuk mereka yang sedang menggumulkan tentang masa depan. "Di manakah manusia bisa mendapatkan keamanan In Christ,
Edisi:
052/VII/2004
Isi:
Alkitab berkata kepada kita bahwa ada orang yang akan binasa beserta dengan dunia yang penuh dengan nafsu. Akan tetapi, ada orang-orang yang akan tetap hidup kekal di hadapan Tuhan karena menjalankan kehendak Allah. Yesus Kristus berkata bahwa suatu hari akan datang orang-orang yang berkata, "Tuhan bukankah kami sudah melakukan mukjizat demi nama-Mu, menyembuhkan orang lain demi nama-Mu, mengusir setan demi nama-Mu?" Yesus akan menjawab, "Pergilah engkau, karena Aku belum pernah mengenal kamu." (Matius 7:22,23). Maka, jangan menganggap bahwa mereka yang menyebut Tuhan pasti masuk ke dalam kerajaan Allah. Hanya mereka yang menjalankan kehendak Allah yang akan masuk ke dalam kerajaan Allah. Ayat-ayat ini sangat membuat kita gentar. Siapakah orang Kristen yang sejati itu? Banyak orang yang menggunakan nama Yesus untuk melakukan mukjizat menyembuhkan orang lain, sepertinya Roh Kudus bekerja, tetapi hidup mereka tidak mengenal Allah, sehingga Allah harus mengatakan, "Aku belum pernah mengenal engkau." Kalau perkataan itu keluar dari mulut seorang hamba Tuhan, ia akan dianggap terlalu keras. Akan tetapi, jikalau perkataan itu keluar dari mulut Yesus Kristus, maka tidak ada tempat untuk naik banding lagi. Tuhan Yesus begitu jelas mengajarkan kepada kita untuk menjalankan kehendak Allah lebih baik daripada memiliki karunia dan talenta dan memakai nama-Nya di dalam melakukan pelayanan. I. Tidak Ada Jalan Pintas untuk Mengenal Kehendak Allah. Siapa yang bisa mengenal kehendak Allah? Mungkinkah manusia mengenal kehendak Allah? Dengan cara bagaimana manusia mengenal kehendak Allah? Kita akan masuk ke dalam uraian yang lebih praktis dan pragmatis. Akan tetapi, pada zaman yang serba pragmatis ini, justru membuat manusia lebih sulit untuk mengenal kehendak Allah. Kita tidak ingin belajar tata bahasa, tetapi ingin dapat berbicara dalam bahasa Inggris dengan baik. Kita tidak mau belajar teori musik dan vokal, tetapi ingin masuk televisi. Kita tidak mau belajar hal-hal yang penting dari Tuhan, tetapi ingin langsung menjadi hamba Tuhan yang menonjol. Itu adalah jalan pintas, dan jalan pintas ini adalah hal yang melawan kehendak Allah. Tidak ada jalan yang pendek. Yang ada adalah menurut jalan yang sudah ditetapkan dalam prinsip-prinsip Alkitab! Jika Allah mau memakai jalan pendek, mudah sekali Ia menyelamatkan kita. Kuasa-Nya terlalu besar. Akan tetapi, tidak ada jalan pintas dalam rencana Allah. Ia harus mengutus Tuhan Yesus masuk ke dalam dunia melalui proses dilahirkan oleh anak dara, menjadi bayi, dibesarkan lewat makanan, menjadi dewasa, dan menyerahkan tubuh-Nya untuk disalib. Saya tidak mau langsung masuk ke dalam hal praktis, oleh karena saya mau mempersiapkan zaman ini menjadi generasi yang bertanggung jawab, yang belajar baik-baik di hadapan Tuhan. Itu panggilan yang tidak boleh saya tolak. Gereja didirikan bukan untuk hura-hura, tetapi mempersiapkan generasi yang memiliki prinsip yang ketat dan konsisten terhadap Firman Tuhan. Mungkinkah kita mengenal kehendak Allah? Manusia mungkin mengenal kehendak Allah! Jika manusia menganggap tidak mungkin mengenal kehendak Allah, itu berarti kita sudah menerima pandangan yang salah dari filsafat Skeptisisme dan Agnostisisme yang mengatakan bahwa manusia tidak mungkin mengenal realitas yang terakhir. Itu bukan ajaran Kristen! Jikalau manusia tidak mungkin mengenal kehendak Allah, maka Allah tidak perlu mewahyukan Alkitab kepada kita. Allah tidak perlu susah payah melewati 1600 tahun dengan 40 orang nabi dan rasul mencatatkan kehendak-Nya bagi kita masing-masing. Akan tetapi, sekarang banyak orang Kristen yang menginginkan jalan pintas, tidak mau membaca Kitab Suci, tetapi langsung mencuplik ayat sana-sini. Orang yang demikian, tidak mungkin mengenal kehendak Allah dengan tepat dan total. II. Mengenal Kehendak Allah Secara Total. Apa yang Allah inginkan agar manusia mengerti kehendak dan rencana-Nya secara total? a. Menjadi murid yang mau mendengar dan taat. Telinga kita bukan cuma untuk mendengar musik rock, gosip, teori manusia, dan berita tiap hari yang tidak ada habisnya. Itu adalah hal yang lebih remeh dan tidak terlalu penting. Yang terpenting adalah mendengar Firman Tuhan dan prinsip-prinsip Alkitab untuk mengenal rencana Allah secara total. Utamakanlah segala potensi Saudara berfungsi untuk mengerti rencana Allah yang benar. Nabi Yesaya berkata, "Berikanlah padaku lidah yang mau diajar." (Bdk. Yesaya 0:4). Mengapa tidak dikatakan "lidah yang pandai mengajar?" Bukankah itu dibutuhkan oleh seorang nabi? Maksudnya di sini, seorang yang mau mengajar harus diajar lebih dulu, seorang yang mau memberitakan Firman harus lebih dulu peka mendengar suara Tuhan. Saya dilahirkan dalam suasana yang tidak baik. Saya lahir dalam suasana perang, tidak lama kemudian ayah saya meninggal, sehingga saya tumbuh sebagai anak yang minder. Akan tetapi, setelah dewasa, sebagai seorang pemberita Injil, saya menjadi berani. Selama menjadi pendeta saya gentar, karena harus baik-baik mendengar Firman Tuhan yang akan saya sampaikan untuk memenuhi kebutuhan rohani Saudara. Saya harus taat lebih dulu kepada Tuhan, itulah lidah yang mau menerima pengajaran. Jangan terlalu cepat melibatkan diri dalam pelayanan yang muluk-muluk tanpa memiliki iman yang sehat dan benar. Itu akan merusak iman orang lain. Alkitab mengingatkan, jangan banyak orang menjadi guru karena mereka akan menerima hukuman yang lebih berat (Yakobus 3:1). Bukannya saya mau menahan Saudara dari keberanian mengajar dan semangat pelayanan. Akan tetapi, tunggu dulu! Seperti Amanat Agung diberikan, tetapi harus menunggu sampai Roh Kudus turun (Kisah Para Rasul 1:4). Ini adalah paradoks, di satu pihak harus mengabarkan Injil, di pihak lain harus menunggu dulu; harus mengajar, tapi harus belajar dulu. Ini semua dilakukan untuk kepentingan kita masing-masing untuk menjadi hamba Tuhan yang stabil. Langkah pertama adalah menetapkan dulu untuk taat. Yesus Kristus berkata, "Barangsiapa mau melakukan kehendak Allah, ia akan tahu bahwa ajaran-Ku berasal dari Bapa." (Yohanes 7:17) Pernyataan ini bertentangan dengan dua filsafat Tiongkok. Pertama, filsafat yang mengatakan: "Lebih mudah untuk tahu, tetapi menjalankan susah." Misalnya, orang yang berdagang, secara teori mungkin dia banyak tahu, tetapi begitu terjun dalam perdagangan, belum tentu bisa sukses. Yang kedua mengatakan: "Lebih mudah menjalankan, tetapi untuk mengetahui sesuatu itu tidak mudah." Misalnya, bayi menyusu dari ibunya. Ia tahu bagaimana menyusu, tapi ia tidak tahu bagaimana susu bisa menyehatkan dia. Jadi menurut Saudara, pendapat mana yang benar? Pendapat pertama atau yang kedua? Sadar atau tidak, kita sudah terjerumus di dalam salah satu pandangan ini. Namun, kedua pandangan ini ditolak oleh ayat di atas. Bukan karena tahu baru bisa menjalankan atau karena menjalankan akhirnya menjadi tahu. Akan tetapi, jika seseorang mau mengenal kehendak Allah, dengan niat mau menjalankannya, maka barulah ia akan tahu! Di sini, Kristus menetapkan kemauan yang taat mendahului hal mengetahui dan menjalankan. The will to know, the will to do, and the will to submit yourself to do the will of God is prior to the knowledge and to the practical action. Ini merupakan suatu ajaran yang besar sekali dan menjadi filsafat yang lebih tinggi dari filsafat manusia serta menjadi jaminan bahwa kita pasti mengetahui kehendak Allah. Allah tidak akan menyatakan pimpinan kehendak-Nya kepada mereka yang tidak berniat taat kepada Tuhan. Jikalau Saudara tidak berniat untuk taat kepada Tuhan dan hanya ingin bermain-main saja, Allah tidak akan memberitahukan kepada Saudara apa yang harus Saudara jalankan. Di dalam Allah, ada anugerah yang diberikan secara cuma-cuma, tetapi tidak dijual murah. The grace of God is free but not cheap. Kalimat ini diucapkan oleh Dietrich Boenhoefer yang dibunuh oleh Hitler. Begitu banyak orang menganggap Allah terlalu murah hati, sehingga bermain-main dan mengira Tuhan gampang mengampuninya. Allah kita seperti api yang menghanguskan. Oleh sebab itu, kita harus berhati-hati di hadapan-Nya. Jika kita mau sungguh-sungguh menjalankan kehendak Allah, maka Allah akan menyatakan kehendak-Nya. Kalau tidak, Allah akan membiarkan Saudara sembarangan menerima ajaran yang tidak beres dan seumur hidup engkau akan dibuang ke dalam tangan setan. b. Berada di dalam jalur Alkitab. Tidak mungkin ada sesuatu yang dikatakan kehendak Tuhan, tetapi bertentangan dan di luar jalur Kitab Suci. Apa yang dicantumkan dalam Kitab Suci merupakan patokan dan lingkar batasan di mana di dalamnya kita menemukan cara Tuhan memimpin kita. Tetapkan hati Saudara hanya mengerti Firman Tuhan di dalam Alkitab saja. Saya paling takut kalau melihat orang yang mengaku rohani, tetapi sebenarnya melawan prinsip-prinsip rohani; mereka yang sering mengatakan "ini kehendak Tuhan" justru kebanyakan tidak mengerti kehendak Tuhan. Mereka memakai Kitab Suci dan mengutip ayat-ayat, padahal di antara mereka ada yang sama sekali tidak mengerti Alkitab dengan baik. Itulah gejala-gejala yang berlainan dengan esensi kekristenan yang sejati. Jika Saudara mengaku mendapat mimpi dan ternyata mimpi itu tidak sesuai dengan Kitab Suci, buang mimpi itu! Pengalaman dan perasaan itu tidak boleh disamaratakan dengan Firman Tuhan. Firman Tuhan lebih besar dari pengalaman manusia. Kebenaran yang memimpin pengalaman, bukan pengalaman memimpin kebenaran. Firman ini adalah kebenaran yang mengadili pengalaman manusia. Ada seseorang yang mendapat mimpi-mimpi luar biasa, kemudian mimpi-mimpi itu dilukiskan dan dipigurakan. Baginya, lukisan mimpi itu penting dan terus diingat, bahkan sampai ia lebih mementingkan lukisan itu daripada Alkitab. Ia berdoa kepada Tuhan di hadapan lukisan-lukisan ini karena merasa di situlah ia bisa betul-betul berkonsentrasi dalam berdoa. Ia berniat untuk mewariskan lukisan itu kepada keturunannya. Baginya, wahyu kepada nabi sejajar dengan wahyu lewat mimpinya. Bahkan yang didapatnya itu lebih sempurna, karena diberi belakangan. Saya katakan kepadanya, "Buang dan bakar lukisan itu supaya keturunanmu tidak menjadi bidat. Bawa mereka kembali kepada Alkitab." c. Jangan mengabaikan prinsip-prinsip Alkitab. Kalau Saudara bertanya, "Bagaimana kalau Alkitab tidak memberitahu hal yang saya ingin tahu, misalnya tentang berjudi, merokok dan sebagainya?" Banyak hal yang tidak ditulis oleh Alkitab, tetapi bukan berarti kita boleh melakukan sesuatu dengan sembarangan. Alkitab memang tidak menyatakan berbagai hal secara jelas, tetapi tetap ada prinsip-prinsip yang diberikan. Paulus memberikan tiga prinsip Alkitab terhadap hal-hal yang demikian, yaitu: 1. Aku Boleh Berbuat Segala Sesuatu, tetapi Harus Memuliakan Allah. Janganlah melakukan apa yang tidak memuliakan Allah, meskipun tidak dilarang oleh Alkitab! Pada prinsip pertama ini memang terlihat bahwa orang Kristen mempunyai kebebasan, tetapi kebebasan Kristen bukan kebebasan yang liar. Kebebasan Kristen harus berada di dalam jalur kebenaran, kesucian, keadilan, dan cinta kasih. Hal-hal ini melingkari kita, menjadi batasan untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. 2. Apakah yang Saya Lakukan ini Berfaedah dan Membangun Orang Lain? Satu kalimat saja bisa membangun atau menjatuhkan seseorang! Mulut kita harus hati-hati di dalam berkata-kata. Bukan karena kebebasan kita, maka kita boleh sembarangan saja. Tetapi, kebebasan yang sudah kita letakkan di bawah kedaulatan Tuhan Allahlah yang mengakibatkan saya harus memilih cara berbicara, berlaku dan berbuat sesuatu sehingga membangun orang lain. Jikalau apa yang hendak Saudara lakukan itu mempermalukan Allah dan merusak iman orang lain, bagaimanapun juga jangan lakukan itu, karena itu pasti bukan kehendak Allah. 3. Tidak Ada Ikatan yang Akan Membatasi atau Membelenggu. Jika kita pergi ke suatu tempat, akhirnya tempat itu mengikat kita, jangan pergi ke situ lagi. Jika ada satu buku yang mengikat Saudara, berhentilah membaca buku itu. Kalau apa yang Saudara kerjakan telah merebut tempat yang seharusnya Tuhan bertakhta, jangan lakukan itu. Alkitab tidak mengatakan tidak boleh merokok, mengisap ganja atau mabuk-mabukan. Akan tetapi, Alkitab mengatakan dengan jelas bahwa kita tidak boleh terbelenggu oleh apa pun yang kita kerjakan. Pertama kali Saudara merokok, mungkin karena diajak teman, atau tergiur iklan. Akan tetapi, akhirnya Saudara terikat, kecanduan, dan tidak bisa berhenti. Tahukah Saudara bahwa sebatang rokok bisa membunuh tujuh ekor burung gelatik? Ingatlah: yang bermain-main dengan dosa justru akan dipermainkan oleh dosa! Di dalam cerita Tiongkok kuno, ada seseorang, setelah perang melewati perkebunan yang tidak bertuan lagi. Ia sangat haus, sementara di kebun itu banyak buah semangka. Temannya menyarankan untuk mengambil saja, karena tanah itu tidak ada pemiliknya. Akan tetapi, ia tidak mau mengambil, karena sekalipun tanah itu tidak ada pemiliknya, di hatinya ada pemiliknya. Janganlah kita mau dikuasai oleh yang jahat, tetapi kita mau dikuasai oleh yang baik. Tidak ada tempat yang lebih aman daripada cara Tuhan memelihara kita masing-masing. Saya tidak mau Saudara bertindak ekstrim dalam menjalankan kehendak Allah. Maksudnya, kita tidak perlu sampai menjadi orang schizophrenik, tiap hari bertanya kepada Tuhan untuk hal-hal yang remeh, seperti harus pakai baju apa dan sebagainya. Yang penting prinsip-prinsip Alkitab tidak dilanggar. Orang Kristen hidup diberi kebebasan. Kita bukan hidup hanya berdasarkan larangan, tidak boleh ini dan itu, tetapi berdasarkan kesadaran untuk tidak mau melakukan hal-hal yang tidak Tuhan kehendaki. d. Sejahtera Kristus memerintah dalam hati. Bagaimana kalau tiga prinsip ini tidak terlanggar, tetapi Saudara masih belum yakin kehendak Tuhan atau bukan? Kita masuk ke dalam prinsip ke-4, yaitu damai sejahtera Kristus memerintah hati Saudara atau tidak. Memang, prinsip-prinsip di atas tidak terlanggar, tetapi sewaktu ingin melakukannya kenapa hati merasa tidak tenang, ada ketegangan? Itu karena Roh Kudus adalah Roh yang hidup, Roh Kudus adalah Allah. Dan, Allah yang sudah memberi hidup baru kepada Saudara adalah Allah yang bertanggung jawab memelihara hidup itu dalam diri orang yang sudah lahir baru. Roh Kudus akan memimpin orang itu seperti seorang ibu yang tidak akan membiarkan bayinya begitu saja. Ia akan terus menjaga bayi itu. Hati nurani kita yang sudah diperbaharui dan dibersihkan oleh darah Yesus Kristus akan menjadi hati yang peka terhadap suara Roh Kudus. Kita harus memiliki kepekaan untuk taat kepada Tuhan. Paulus mengatakan, "Biarlah sejahtera Kristus memerintah hatimu." Maksudnya, waktu Saudara mengerjakan sesuatu, biarlah hatimu sejahtera. Kalau tidak sejahtera, jangan lakukan! Kalau ada orang yang mengatakan, "Saya selalu sejahtera melakukan segala sesuatu. Membunuh orang, rasanya sejahtera; menipu orang juga rasanya sejahtera saja." Hal ini terbentur pada dua hal: PRINSIP PERTAMA: bertekad bulat untuk taat. Orang yang melakukan segala sesuatu dengan sejahtera tanpa ketaatan, berarti orang itu berada di luar jalur kehendak Allah. PRINSIP KEDUA: 1Yohanes 3:20. Lakukan segala sesuatu, tetapi ingat bahwa Tuhan lebih besar dari hati kita. Yohanes memberikan prinsip yang penting sekali. Ketika Saudara melakukan suatu perbuatan salah pertama kali, mungkin merasa tidak sejahtera, tetapi semakin diulang, perasaan tidak sejahtera itu semakin berkurang, pada akhirnya Saudara melakukannya tanpa ada tuduhan dari hati nurani. Akan tetapi, ingat bahwa Allah lebih besar dari hati kita. Maka, berlutut dan berdoalah kembali. Waktu berdoa lagi, sesuatu penyegaran ulang terjadi dan suara Tuhan akan bekerja dalam hatimu. Sejahtera Kristus adalah istilah khusus yang bersangkut paut dengan penganiayaan dalam menjalankan kehendak Allah. Pada waktu kita mau menjalankan kehendak Allah, kita mungkin akan mengalami penganiayaan atau kesulitan. Di sinilah sejahtera Allah memelihara Saudara. Dalam Yohanes 14:27; 6:33, dua kali Tuhan Yesus mengatakan bahwa di dalam Dia ada sejahtera yang berbeda dengan sejahtera dunia yang mau diberikan kepada para murid. Itu sebabnya, Yesus begitu tenang di kayu salib, bahkan Ia mendoakan para musuh-Nya. Setelah Kristus bangkit, Ia terus mengulang istilah ini kepada para murid. Damai sejahtera Kristus adalah suatu istilah khusus untuk mereka yang menjalankan kehendak Tuhan. Mereka akan mempunyai ketenangan dan damai yang tidak mungkin direbut siapa pun. Sejahtera Kristus penting bagi mereka yang mau melayani dalam penderitaan. Kerjakan sesuatu dengan perintah dari sejahtera Kristus dalam hatimu. e. Proses pengujian. Waktu seseorang memutuskan untuk menikah, ia tetap perlu mencari kehendak Tuhan. Ia perlu berdoa dengan setia tanpa terpengaruh dengan unsur dari luar. Saya gambarkan: bila seseorang jatuh cinta, maka waktu ia berdoa, makin berdoa, makin yakin bahwa pilihannya itu adalah kehendak Allah. Karena ketika tutup mata yang terbayang adalah wajah orang yang dicintainya, sehingga ia makin merasa yakin ini adalah kehendak Tuhan. Akan tetapi, ketika ia mengatakan kepada pilihannya bahwa Tuhan berkehendak agar mereka berdua menikah, maka pilihannya itu perlu pula untuk merasa tahu bahwa Tuhan memang menghendaki demikian. Dalam hal ini jika benar itu adalah kehendak Allah, maka kedua belah pihak akan mengerti. Karena itu, jangan pakai istilah ini untuk menakut-nakuti orang yang kurang rohani. Kehendak Tuhan harus berkaitan dengan orang yang bersangkutan. Contoh: Eliezer mencari menantu untuk Abraham (Kejadian 24). Eliezer berdoa kepada Tuhan meminta pimpinan Tuhan dengan jelas, sehingga ia tidak salah mengambil keputusan. Eliezer berdoa, "Tuhan, di sini aku berdiri di dekat mata air, dan gadis-gadis kota ini datang keluar untuk menimba air. Tuhan tunjukkan siapa gadis yang rela memberikan air bagiku dan unta-untaku, sehingga aku tahu dialah yang Kau tentukan bagi Ishak." Apa yang didoakannya kemudian terjadi, di mana seorang gadis cantik bernama Ribka melakukan semua yang diminta Eliezer. Dengan demikian, Eliezer baru berani meminang gadis itu dan membawanya bagi Ishak. Eliezer tidak memaksa Ribka. Ia hanya meminta, kalau boleh Tuhan menggerakkan hati gadis ini. Kemudian hal yang luar biasa terjadi, Ribka dan keluarganya mau menerima pinangan Eliezer. Sekarang tinggal satu hal lagi, yaitu apakah Ishak sendiri mau menerima Ribka atau tidak. Alkitab mencatat reaksi Ishak dengan jelas, setelah melihat Ribka ia jatuh cinta dan mau mengambil Ribka menjadi istrinya. Di sini kita melihat semua pihak tidak ada yang berkontradiksi dengan pimpinan Tuhan satu sama lain. Dua puluh tahun yang lalu, di kota Semarang ada seorang wanita berkata kepada saya bahwa hidupnya begitu susah karena ia tidak mencintai suaminya. Tiap hari mereka bertengkar dan hidup seperti di dalam neraka, sehingga ia mau bunuh diri. Saya tanyakan mengapa ia dulu memutuskan mau menikah dengan pria itu. Ia katakan karena ada seorang pendeta yang mengaku dipenuhi Roh Kudus dan mendapat pimpinan Tuhan untuk menikahkan mereka berdua. Karena takut melawan kehendak Tuhan, akhirnya mereka mau dinikahkan, tapi tak pernah satu haripun mereka lalui dengan damai. Celakalah pendeta seperti ini, yang tidak mau membimbing dengan baik-baik, sehingga mengorbankan dua orang seumur hidup berada di dalam kesulitan. Jangan sembarangan menerima nasihat seperti itu. Alkitab mengatakan, ujilah apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna (Roma 2:2). Hati-hati kepada mereka yang memakai nama Tuhan tetapi telah merusak kekristenan dan iman banyak orang. Cari kehendak Allah dalam suatu pengujian. Tanpa proses pengujian ini kita tidak akan mengenal kehendak Allah dengan jelas. Kita akan menjadi orang yang sembrono dan menipu diri serta menipu orang lain. f. Berdiskusi dan rendah hati mencari pengertian dari mereka yang dewasa rohaninya. Carilah nasihat dari orang yang dewasa rohani. Meskipun ini tidak mutlak, namun baik untuk dilakukan. Coba dengarkan apa yang orangtua atau pembimbing rohani Saudara katakan, karena mereka setia berdoa bagi Saudara dan mengerti Firman Tuhan dengan baik. Mereka mempunyai pengalaman dan pertimbangan yang lebih banyak daripada Saudara. Biarlah mereka memberikan pandangan dan prinsip-prinsip yang penting, sehingga Saudara taat. Bukan berarti mereka 100% benar, karena orang rohani pun bisa salah. Tetapi, tidak ada ruginya kalau Saudara mau mendengarkan pandangan mereka. Dengan demikian, Saudara bisa menghindarkan diri dari jalan-jalan yang tidak berguna, dan tidak perlu menghamburkan waktu dan energi. g. Tunggu dan sabar terhadap waktu Tuhan. Waktu merupakan faktor yang terpenting. Mengapakah kita tidak betul-betul mengerti kehendak Tuhan? Karena sebelum waktu Tuhan sampai, Saudara sudah tidak sabar dan melangkahi Tuhan. Padahal, jika genap waktunya di dalam rencana Allah, maka pekerjaan Tuhan tidak akan salah. Mungkin kita harus menunggu bertahun-tahun sampai genap waktu Tuhan. Musa pada umur 80 tahun baru dipanggil oleh Tuhan. Ini tidak berarti ia menghambur waktu selama 80 tahun, tetapi 40 tahun berikutnya yang dijalani dalam hidupnya dapat ia pakai untuk melayani Tuhan dengan matang tanpa melakukan kesalahan yang besar. Meskipun ada cacat, tetapi tidak fatal. Yesus Kristus harus menunggu sampai berumur 30 tahun dan hanya melayani tiga setengah tahun lamanya. Sepertinya hal ini amat disayangkan. Bukankah kalau Kristus memulai pelayanan pada umur 16 tahun, Ia bisa dipakai lebih banyak? Tidak bisa! Itu adalah waktu Tuhan sendiri. Kadang-kadang, semua prinsip sudah kita jalankan dan tidak ada yang terlanggar, tetapi kita mesti menunggu sampai suatu hari kita akan jelas mengerti waktu Tuhan untuk bertindak. Alangkah indahnya jika hidup Saudara mulai digarap Tuhan. Meskipun belum jelas tahu kehendak Tuhan, tetapi jika Saudara mau sungguh-sungguh taat kepada Tuhan dan mengetahui prinsip Alkitab dengan jelas, maka beranilah melangkah! Kutipan Ayat-ayat Alkitab: Demikianlah kita ketahui, bahwa kita berasal dari kebenaran. Demikian pula kita boleh menenangkan hati kita di hadapan Allah, sebab jika kita dituduh olehnya, Allah adalah lebih besar dari pada hati kita serta mengetahui segala sesuatu. 2. Kolose 3:15 Hendaklah damai sejahtera Kristus memerintah di dalam hatimu, karena untuk itulah kamu telah dipanggil menjadi satu tubuh dan bersyukurlah. Segala sesuatu halal bagiku tetapi bukan semuanya berguna, segala sesuatu halal bagiku tetapi aku tidak membiarkan diriku diperhamba oleh suatu apa pun. Terj. lain: Saya boleh berbuat segala sesuatu, karena tidak ada larangan bagiku untuk berbuat segala sesuatu, tetapi bukan berarti segala sesuatu yang saya perbuat ada faedahnya bagiku. Waktu saya mengerjakan sesuatu saya tidak boleh diikat oleh apa yang saya perbuat. "Segala sesuatu diperbolehkan." Benar, tetapi bukan segala sesuatu berguna. "Segala sesuatu diperbolehkan." Benar, tetapi bukan segala sesuatu membangun. Jangan seorangpun yang mencari keuntungannya sendiri, tetapi hendaklah tiap-tiap orang mencari keuntungan orang lain. Aku menjawab. Jika engkau makan atau minum, atau jika engkau melakukan segala sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah. 5. Yohanes 7:17 Barangsiapa mau melakukan kehendak-Nya, ia akan tahu entah ajaran-Ku ini berasal dari Allah entah Aku berkata kata dari diri-Ku sendiri. Terj. lain: Barangsiapa yang berkehendak untuk menjalankan kehendak Allah, pasti ia mengakui ajaran-Ku ini berasal dari Bapa, bukan dari diri-Ku sendiri. |